Senin, 20 Januari 2020

KARAKTER DALAM TARI TOPENG CIREBON

Kesenian tari topeng merupakan satu dari sekian banyak kesenian adat yang saat ini masih eksis di Cirebon. Tari topeng menjadi kesenian juga digunakan sebagai media dakwah penyebaran ajaran islam pada masa Sunan Gunung Jati. Maka dari itu karakter – karakter dalam tari topeng memiliki arti konotasinya tersendiri yang menggambarkan fase – fase kehidupan manusia serta mengandung hikmah lain yang menjadi tontonan menghibur dan mendidik untuk masyarakat.

Masing – masing karakter membawa peranan tersendiri dalam tarian topeng. Selain itu artinya pun sangat dalam dengan warna dan ukiran topengnya yang menggambarkan arti masing – masing karakternya. Tari topeng masih eksis hingga saat ini sebagai tarian tradisional Cirebon yang indah. Anda bisa melihat pertunjukan tari topeng di berbagai upacara adat hingga teater yang sering diadakan di Cirebon. berikut ini adalah beberapa karakter beserta artinya dari tari topeng Cirebon yang bisa anda ketahui.

KARAKTER YANG ADA DALAM TARI TOPENG CIREBON :

1. TOPENG PANJI



Karakter topeng berwarna putih ini merupakan manifestasi dari jiwa yang halus. Biasanya, ketika karakter topeng panji keluar, disertai tabuhan gamelan serta tarian yang dibawakan memiliki gerakan yang lembut serta perlahan. Makna topeng panji secara konotasi berarti kelahiran seorang manusia yang maish suci dari dosa.


2. TOPENG SAMBA



Topeng Samba merupakan karakter yang menggambarkan sebuah jiwa yang sedang tumbuh. Menjadi perkembangan karakter Panji yang sudah terpengaruh lingkungan serta hasrat dan nafsunya sudah mulai keluar. Karakter topeng samba putih memiliki mata yang sudah mulai terbuka, serta bagian gigi yang sudah mulai nampak.

3. TOPENG SAMBA ABANG



Karakter Topeng Samba Abang memiliki warna merah muda serta mata dan mulutnya yang mulai terbuka. Karakter ini memiliki penggambaran jiwa yang sudah dewasa yang sudah terpengaruh nafsu duniawi. Warna topeng merah muda menggambarkan hasrat yang sudah matang namun belum sepenuhnya menyelimuti karakter ini, karena masih memiliki ruh yang baik.



4. TOPENG TEMENGGUNG



pada karakter ini, digambarkan wajah yang memiliki mata yang terbuka lebar dengan warna coklat dan kumisnya yang besar. secara arti karakter ini menandakan fase manusia yang sedang berada di masa kejayaan. Pada fase ini juga dikatakan dalam kondisi prima dengan godaan yang terus berganti. Warna coklat merupakan kombinasi hijau dan merah yang menggambarkan kesuburan dan kekayaan.

5. TOPENG KLANA



Karakter Topeng Klana ini memiliki warna merah dengan ukirannya yang tegas. Topeng Klana merupakan perwujudan jiwa manusia dengan nafsu dan emosinya yang mempengaruhi seluruh jiwanya. Karakter ini muncul mendekati babak rumyang yang menjadi salah satu bagian akhir pertunjukan tari topeng.



6. TOPENG RUMYANG



Karakter topeng rumyang merupakan penggambaran dari jiwa manusia yang sudah melapaskan nafsu duniawinya. Biasanya pada babak ini, dipentaskan mendekati terbitnya matahari dan dipentaskan di akhir tari topeng. Karakter rumyang memiliki arti secara harafiah sebagai manusia yang sudah harum dan menjadi akhir babak dari pertunjukan seni ini.

Demikian beberapa karakter tari topeng cirebon yang bisa anda ketahui. Masing – masing menggambarkan fase kehidupan manusia hingga akhir dan menjadi pertunjukan bernilai seni tinggi yang patut dilestarikan. Semoga bermanfaat :)

5 Jenis Tari Topeng Cirebon yang kental akan adat dan sejarahnya


Cirebon nggak hanya terkenal akan udangnya saja lho, namun juga tradisi budayanya, Sahabat. Nah, tari-tarian dari kota ini juga dinantikan oleh wisatawan yang datang ke sana, Sahabat. Salah satu tarian paling populer dikenal dengan nama tari topeng. Dulunya, tarian ini populer di wilayah kesultanan sekitar Subang, Brebes, Indramayu, Majalengka, Losari dan Jatibarang. Nggak heran jika daerah-daerah tersebut juga memiliki gaya tari topeng yang hampir mirip.

Lalu, bagaimana dengan pementasan dan jenis dari tari topeng tersebut? Simak informasinya di bawah ini, Sahabat!

Jenis Tari Topeng Cirebon
Tari topeng Cirebon dikenal memiliki ragam jenis tari yang berbeda, hal ini dikenal dengan nama Topeng Panca Wanda atau Topeng Lima Rupa. Masing-masing dari ekspresi dan bentuk dari topeng tersebut memiliki filosofinya tersendiri, Sahabat.

1. Topeng Panji




Tari topeng yang pertama adalah Topeng Panji yang menggambarkan sucinya seorang anak yang baru lahir. Gerakan-gerakan sederhana, halus dan lembut membuat ciri khas tari topeng ini mudah dikenal. Selain itu pada bentuk topengnya berwarna putih dengan mata, hidung dan guratan lain yang tipis. Seperti kata pepatah mengatakan bahwa manusia yang baru lahir masih putih suci seperti kertas putih.

2. Topeng Samba



Tarian ini menggambarkan ketika manusia masuk dalam fase anak-anak. Gerakan-gerakan yang lincah, lucu dan kurang luwes memang dihadirkan dalam tarian ini. Seperti anak-anak pada umumnya, topeng yang digunakan memiliki ekspresi seperti anak-anak dengan mata yang agak terbuka dengan warna agak merah muda.

3. Topeng Rumyang



Tari Topeng Rumyang merupakan penggambaran ketika masuk dalam masa remaja atau masa mencari jati diri. Gerakan-gerakan pada tarian ini terlihat adanya pengulangan yang cenderung labil. Sebagai bentuk ekspresinya, topeng yang digunakan memiliki warna dasar merah muda dengan ukiran sederhana.

4. Topeng Tumenggung


Gerakan yang tegas seperti mengisyaratkan kebijaksanaan ketika masuk ke dalam fase dewasa. Topeng yang digunakan pun memiliki ekspresi yang lebih tegas dan berwibawa dengan warna dominan merah. Untuk kostumnya sendiri biasanya penari menggunakan pakaian warna hitam. Tumenggung dalam bahasa setempat merupakan struktur kerajaan atau kesultanan dengan pangkat panglima perang.

5. Topeng Kelana



Tari topeng ini sebagai bentuk penggambaran keserakahan manusia yang terlalu ambisius dan amarah. Penarinya sendiri biasanya mengenakan kostum berwarna merah dengan gerakan-gerakan yang lebih lincah dari jenis tari topeng lainnya. Pada ekspresi topengnya terdapat banyak guratan yang rumit serta adanya ikatan tali ornamen khusus.

Pementasan Tari Topeng Cirebon
Pementasan tari topeng sering diadakan di bale (panggung) atau tempat terbuka lain dengan penari berada di bagian tengahnya. Biasanya sebagai alat penerangannya menggunakan obor atau sinar bulan langsung dengan diiringi oleh musik khas Cirebon.

Namun, kini tari topeng tersebut sudah berkembang dan dipentaskan di berbagai tempat untuk menarik pengunjung. Dihiasi dengan lampu-lampu sorot yang menawan dan dekorasi panggung yang menakjubkan. Dalam satu pementasan biasanya akan ada urutan dari tari topeng tersebut yang dimulai dari Tari Topeng Panji sampai Tari Topeng Kelana.



Dari sejarah dan bentuk ekspresi masing-masing tari topeng tersebut memang sangat mengesankan, ya? Nggak ada jadwal pastinya dari pementasan tari topeng tersebut, jadi Sahabat perlu mencari informasinya lebih dalam lagi untuk melihat langsung pementasannya, ya!

Rabu, 15 Januari 2020

MENGUPAS TARI TOPENG YANG TERSEBAR DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA



Assalamualaikum teman-teman, gimana kabarnya? Alhamdulillah sehat yaaahhhh, salam hangat dariku untuk kalian semua😇
Nah jika berbicara mengenai Indonesia memang negara satu ini tidak akan pernah ada habisnya mengenai kebudayaan ya gaisss . Selain wisata alamnya Indonesia  juga memiliki wisata budaya  yang wajib kalian ketahui. Salah satunya Tari Topeng tersebar hampir di berbagai wilayah Indonesia termasuk Cirebon, Jawa Barat. Dan disini kita akan mengupas mengenai tari topeng yang tersebar di berbagai wilayah, yuk langsung kita simak:)

1. TARI TOPENG BETAWI
    Masyarakat betawi memanglah memiliki kesenian tari tradisional yang cukup termasyhur. selain Lenong, Ttari Topeng juga termasuk ke dalam list budaya unggulan dari orang-orang betawi. Tari Topeng Betawi adalah kesenian dari Jakarta dan biasanya pada saat awal permainannya selalu dimulai dengan alunan musik yang dimainkan oleh pemusiknya. Setelah itu para penari mulai masuk dan telah mengenakan properti topeng. Topeng-topeng ini dipakai dengan cara disematkan di wajah dan di gigit. Mereka menari sesuai dengan tema yang dibawakan. Mulai dari legenda, Kritik sosial hingga kehidupan masyarakat akan para penari angkat dan disajikan dalam pertunjukkan. Tari ini memang seperti memiliki alur cerita dan kini tari tpeng betawi banykak dipentaskan sebagai pertunjukkan budaya. Keunikan dan kekayaan gerakannya yang membuat tarian ini tetap digemari masyarakat.

2. TARI TOPENG BALI
     Berbicara mengenai Bali yang terbayang adalah pantai-pantai indah nan cantik yang terbentang di Pulau Bali. Namun siapa sangka, ternyata  Bali juga memiliki kesenian daerah yaitu tari Topeng Bali salah satunya. Nah tarian ini juga berhasil menarik perhatian para wisatawan lokal maupun mancanegara teman. Tari Topeng Bali ini mirip dengan pagelaran drama yang memiliki alur cerita, meskipun demikian itu semua dilakukan dengan gerakan. terlebih lagi tari topeng bali memang terkenak memiliki alur cerita yang unik dan biasanya ada seorang narator untuk membacakan narasi atau cerita . Uniknya narator tersebut juga memakai topeng namun hanya separuh wajah. Selanjutnya, tari topeng bali ini dimainkan dengan latar belakang alunan musik gamelan. Penggunaan topeng dalam tarian khas Bali ini merupakan wujud pemujaan untuk para leluhur masyarakat. Setiap tarian yang dipentaskan maka memiliki jaminan dari banyaknya penonton yang hadir untuk menikmati pertunjukkan ini.

3. TARI TOPENG CIREBON
     Cirebon adalah kota yang dijuluki sebagai kota pengasil udang terbanyak ini ternyata juga memiliki tarian yang harys menggunakan properti topeng loh. Bahkan bisa terbilang tari topeng merupakan tari tontonan dan budaya khas daerah cirebon. Tari topeng cirebon memang memiliki banyak sekali variasi mulai dari variasi daerah, variasi gerakan bahakan variasi topeng itu sendiri. Gerakan tari topeng cirebon selalu menyesuaikeun dengan topeng apa yang hendak dipakai.

4. TARI TOPENG MAGELANG
     Tidak disangka ternyata kota Magelang juga memiliki kesenian tarinya tersendiri, contohnya tari topeng magelang atau biasa orang menyebutnya tari topeng ireng, yaitu tarian yang dilakukan beramai-ramai biasanya julah pemain mencapai 10 orang pemain atau lebih. Salah satu daya pikat tarin ini yaitu kostum yang dikenakan oleh para penarinya. Koatum yang dipakai benar-benar diluat kostum Jawa melainkan identik dengan kostum Suku Dayak Kalimantan. Adapun dalam tarian ini mulut para penri akan berteriak-teriak, kaki mereka yang sudah dipakaikan gelang akan teruk dihentakkan sehingga akan menimbulkan suara gemerincing. Belom lagi tepukan dari para penonton sebagai bentuk apresiasi yang akan menambah seru nya tarian tersebut.

5. TARI TOPENG MALANG
    Malang adalah kota yang dijuluki sebagai Kota Apel ini ternyata juga memilii kesenian khas tari bertopeng loh teman. Tepatnya tari topeng malangan di kota Malang. tarian ini juga memiliki alur cerita seperti halnya dengan tari topeng yang bersal dari Bali. Namun, jika dilihat lebih dalam tarian ini juga mirip dengan kesenian adat jawa yaitu wayang orang, namun tari topeng malangan memiliki seorang dalang yang mengatur pertunjukkan. Ada empat sesi juga untuk mementaskan tarian ini. Namun sekarang tarian ini mulai sepi pementasannya dan terancam punah.

Pesan saya untuk teman-teman semua, tolong jaga dan lestarikan kebudayaan dan keseniaan asli Indonesia yang ada disetiap wilyahnya. Jangan sampai kita bersikaf tidak peduli akan hal itu. Cukup sekian dari saya semoga bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualakum wr.wb...

Selasa, 14 Januari 2020

SIAPA PENCIPTA TARI TOPENG KELANA KHAS CIREBON?


Hallo teman-teman, pasti banyak nih diantara kalian yang bertanya-tanya kalau siapa sih pencipta tarian dan gerakan yang ada pada tari topeng kelana? Benar kan pasti kalian se-kepo itu dan selalu memikirkannya. Bahkan 24 jam kalian berfikir pun tidak akan tahu jika kalian hanya mengandalkan logika tidak melihat literasi atau buku-buku yang membahas tentang masalah ini.  Nah teman sebenarnya tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali menciptakan tari topeng kelana. Yang pasti, tari ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Hal tersebut salah satunya dibuktikan oleh adanya catatan dalam Kitab Negara Kertagama yang menggambarkan Raja Hayam Wuruk sedang menari dengan menggunakan topeng yang terbuat dari emas.

Berdasarkan sumber tersebut, dahulu tari topeng kelana diyakini sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari ini dibawakan oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam lingkungan kerajaan, seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan raja. Karenanya, dahulu tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual daripada sebagai hiburan. Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan tari ketika belum mengenakan topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian saat para penari sudah mengenakan topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki, tapi pakem tersebut telah berubah. Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga banyak yang mementaskan tarian topeng kelana.

Tari topeng kelana biasa dipentaskan oleh 4-6 orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan bersemangat, tapi tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat dari gerakan dan topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran seseorang yang berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam pewayangan.

Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah ada di kalangan istana raja-raja di Pulau Jawa sebelum kemudian berkembang di daerah Cirebon. Di kalangan masyarakat Cirebon, tari topeng kelana merupakan tari yang boleh dipentaskan oleh siapa saja. Fungsi tari ini menjadi sarana hiburan. Dengan iringan musik gojing yang meriah dan bersemangat, tari topeng kelana menjadi pementasan yang ciamik untuk ditonton.

Hmm cukup sekian pemaparan yang saya sajikan, jika ada kekurangan mohon maaf ya teman. Semoga bermanfaat untuk saya dan untuk kita semua selaku pembaca Aamiin.  Terimakasih sudah mampir 😀

APA ITU TOPENG???

Topeng dalam arti sempit adalah penutup wajah atau benda yang dipakai di atas wajah. Sedangkan dalam arti luas topeng tidak hanya digunakan sebagai penutup wajah saja, tetapi ada pula yang menggunakan topeng di atas kepala. Fungsi dari topeng itu sendiri untuk menutupi atau mengganti perwujudan wajah si pemakainnya. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. 


Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.
Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur.
Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.



Terdapat dua jenis topeng yakni topeng Besar dan topeng Kecil. Topeng Besar
yaitu topeng yang berukuran besar, contohnya topeng reyog Ponorogo. cara
menggunakannya yaitu dengan digigit sehingga posisi topeng reyog Ponorogo hampir
selalu berada didepan muka pemainnya. Contoh lainnya, yaitu topeng bangbarongan yang digunakan pada acara arak-arakan 17 Agustus yang dilakukan oleh
masyarakat Sunda. Topeng ini hampir mirip atau sejenis dengan barongsai yang cara pemakaiannya dipegang dan posisinya di atas muka pemain. Selain dua contoh tersebut ada pula contoh lainnya yaitu ondel-ondel dari Betawi dan barong landung Bali, dengan posisi topeng berada di atas kepala sehingga wujudnya menyerupai boneka besar yang ukurannya melebihi manusia. Dalam topeng besar ada pula topeng yang tidak dipakai pada muka yakni ogoh-ogoh. yakni semacam
patung yang terbuat dari kertas dengan kerangka bambu atau rotan yang didirikan atau dibuat dalam arak-arakan menjelang Hari Raya Nyepi di Bali.

Ada juga Topeng setengah muka dan topeng kecil, yaitu topeng yang berukuran kecil bahkan lebih kecil daripada muka manusia dan atau hanya menutupi sebagian muka pemakainya. Topeng setengah muka banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia bahakn di luar negeri sepeti Italia, dan Cina. Umumnya topeng ini dipakai untuk peran Punakawan (Pengiring) dan pelawak yang disebut Bodres. Kebanyakan topeng seperti ini hanya menutupi bagian muka dari hidung atau bibir ke atas muka pemain yang memakainnya. 



Nah bagaimana sahabat, sudah cukup jelas kan apa yang dimaksud topeng itu. Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Selamat ya sekarang sahabat sudah bertambah ilmu dan wawasannya mengenai topeng.. Alhamdulillahh🙏

Senin, 13 Januari 2020

MACAM MACAM TARI TOPENG DI INDONESIA




Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.

Macam-Macam Tari Topeng

  • Tari Topeng Dayak

Di daerah Pulau Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari Hudog yang sering dimainkan dalam upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. Topeng yang digunakan berwarna hitam, putih, dan merah yang melambangkan kekuatan alam yang akan membawa air dan melindungi tanaman yang mereka tanam hingga musim.

  • Tari Topeng Bali


Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat. Tari Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.


  • Tari Topeng Cirebon


Tari Topeng Cirebon adalah kesenian tari topeng yang berkembang di Cirebon, Jawa Barat.


  • Tari Topeng Malang


Topeng Malang adalah kesenian tari topeng dari daerah Malang, Jawa Timur. Kisah yang dibawakan biasanya berasal dari kisah Panji yang menceritakan kisah asmara Raden Panji Asmoro Bangun (Inu Kertapati) dengan Putri Sekartaji (Chandra Kirana).


  • Tari Topeng Reog


 


Lebih lazim disebut tari Reog Ponorogo, tari ini juga mengenakan topeng yang berasal dari Ponorogo.


  • Tari Topeng Ireng


Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.

Sabtu, 11 Januari 2020

Mengenal Lebih Jauh Apa itu Tari Topeng


Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan tradisional. Negara yang mempunyai kesenian tradisional yang sangat beragam, seperti tarian-tarian daerah. Tarian pada setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Salah satu tarian asli dari Indonesia yang cukup unik adalah Tari Topeng.

Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.

Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mendeskripsikan bahwa kesenian topeng Cirebon merupakan penjabaran dari cerita Panji dimana dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri dari dalang (yang menarasikan kisahnya) dan enam orang pemuda yang mementaskannya diiringi oleh empat orang musisi gamelan.

SERBA-SERBI TARI TOPENG

1. TEMPAT PAGELARAN
Tari Topeng Cirebon pada zaman dahulu biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran yang terbuka berbentuk setengah lingkaran, misalnya di halaman rumah, di blandongan (tenda pesta) atau di bale  (panggung) dengan obor sebagai penerangannya, tetapi dengan berkembangnya zaman dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern juga dipertunjukan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya.

2. TUJUAN PAGELARAN
Tujuan diselenggarakan suatu pagelaran tari Topeng Cirebon secara garis besar dibagi kedalam tiga tujuan utama yaitu:

1. Pagelaran komunal, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk kepentingan bersama masyarakat, sehingga hampir seluruh masyarakat ditempat tersebut berpartisipasi dalam pagelaran ini, acara yang dipertunjukan pun sangat spektakuler dengan adanya arak-arakan dalang, atraksi seni dan sebagainya serta digelar lebih dari satu malam, contoh dari pagelaran komunal diantaranya adalah hajatan desa, ngarot kasinoman (acara kepemudaan), ngunjungan (ziarah kubur).

2. Pagelaran individual, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk memeriahkan hajatan perorangan, contohnya adalah pernikahan, khitanan atau khaulan (melaksanakan nazar atau janji).

3. Pagelaran bebarangan, merupakan acara pagelaran keliling kampung yang inisiatifnya datang dari dalang topeng itu sendiri,biasanya dilakukan oleh dalang topeng ke wilayah - wilayah desa yang sudah panen, wilayah desa yang ramai atau datang ke berkeliling di kota dikarenakan desanya belum panen, sedang mengalami kekeringan atau sedang sepi penduduknya.

3. STRUKTUR PAGELARAN
Struktur pagelaran dalam tari Topeng Cirebon bergantung pada kemampuan rombogan, fasilitas gong yang tersedia, jenis penyajian topeng dan lakon (cerita) yang dibawakannya. Secara umum, struktur pertunjukan tari Topeng Cirebon dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Topeng alit, memiliki struktur yang minimalis baik dari segi dalang, peralatan, kru dan sajiannya. Jumlah rata-rata kru dalam struktur pagelaran topeng alit biasanya hanya terdiri dari lima sampai tujuh orang yang kesemuanya bersifat multi peran, dalam artian tidak hanya seorang dalang Topeng saja yang membawakan babak topeng, tetapi para wiyaganya juga ikut membantu dengan memberikan guyonan-guyonan ringan. Dialog dalam topeng alit dilakukan secara spontan berdasarkan situasi yang ada.

2. Topeng gede, memiliki struktur yang lebih besar dan baku jika dibandingkan dari penyajian topeng alit. Hal tersebut dikarenakan topeng gede merupakan bentuk penyempurnaan dari topeng alit, struktur topeng besar diantaranya, adanya musik pengiring (tetaluan) yang lengkap, adanya lima babak tarian yang berurutan seperti panji, samba, rumyang, tumenggung dan klana, adanya lakonan serta jantuk (basihat) yang diberikan pada akhir pagelaran topeng gede.

4. JENIS TARI TOPENG
Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan  yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru ,ewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini merupakan karya Nugraha Soeradiredja.

5. TOPENG PELENGKAP
Pada era sebelum tahun 70-an, menurut Ki Waryo (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) terdapat juga topeng-topeng lainnya yang menjadi pelengkap babak dalam pagelaran tari Topeng Cirebon, mereka adalah:

1. Tembem, Patrajaya, Prasanta, Sabdapalon.
2. Pentul, Sadugawe, Nayagenggong/Gareng.
3. Sentingpraya bapaknya Jinggananom (dipercaya sebagai tokoh berdarah Tionghoa).
4. Ngabehi Subakrama ayah Tumenggung Magangdiraja.

Pada era sekitar tahun 60-70-an topeng-topeng pelengkap seperti Sentingpraya masih dipentaskan pada pagelaran dinaan (pagelaran siang) tari Topeng Cirebon, pada periode tersebut menurut Ki Waryo, babak tumenggung Mangangdiraja melawan Jinggananom akan diteruskan adegannya dengan mementaskan adegan Aki-aki perangan dimana tokohnya adalah Sentingpraya, ayah dari Jinggananom, dikarenakan Sentingpraya diwujudkan sebagai seorang tokoh berdarah Tionghoa, maka pada pagelaran tari Topeng Cirebon Sentingpraya disebut juga dengan nama Babah Sentingpraya.

6. PROSES PEWARISAN
Pada tari Topeng Cirebon, yang dimaksud proses pewarisan keahlian adalah mewariskan kemampuan dari generasi yang lebih tua kepada yang lebih muda, proses pewarisan atau pengalihan pengetahuan ini erat hubungannya dengan praktik adat istiadat dalam konteks sebuah desa dan sesuai dengan lingkungan, adat, serta kepercayaan setempat. Secara garis besar proses pewarisan keahlian dalam tari Topeng Cirebon dibagi kedalam dua metode, yakni:

1. Proses pewarisan secara tradisional, proses pengalihan pengetahuan ini biasanya tidak dilakukan melalui pembelajaran yang spesifik, melainkan melalui pengalaman sehari-hari, pengamatan, dongeng-dongeng nenek moyang. Murid dalam proses tradisional ini biasanya selalu mengikuti pagelaran tari topeng yang dilakukan oleh gurunya, sehingga ia dituntut untuk mendengarkan dan melihat apa yang dilakukan gurunya diatas panggung pagelaran, pada proses ini, murid belajar dengan cara mendengarkan, melihat dan kemudian mengembangkan sendiri pola-pola gerakan tari Topengnya miliknya.

2. Proses pewarisan secara modern, proses pengalihan pengetahuan ini biasanya dilakukan di sanggar-sanggar tari milik para dalang Topeng Cirebon, murid tidak hanya mendengarkan dan melihat gurunya mementaskan tari Topeng Cirebon saja, tetapi juga diajarkan pola-pola gerakan yang didapat gurunya secara turun temurun mulai dari kuda-kuda, gerakan tangan, tatapan wajah dan lainnya, sehingga pada proses ini bisanya memunculkan pola gerakan yang kurang lebih sama antara murid yang satu dengan yang lain di dalam satu sanggar tari.

7. PERKEMBANGAN
Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang  dan rebab merupakan ciri khas lain dari tari topeng.

Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya.

Salah satu maestro tari topeng adalah Mimi Rasinah, yang aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, indramayu. Sejak tahun 2006 Mimi Rasinah menderita lumpuh, tetapi ia masih tetap bersemangat untuk berpentas, menari dan mengajarkan tari topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 pada usia 80 tahun.


Selasa, 07 Januari 2020

SEJARAH TARI TOPENG CIREBON


Assalamualaikum teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang sejarah tarian yang menjadi ciri khas daerah Cirebon  yaitu tari topeng cirebon. Untuk lebih jelasnya yuk kita baca😊

Keberadaan kesenian topeng secara historis sudah dikenal cukup lama dikalangan masyarakat Cirebon. Konon keberadaan kesenian ini berkembang semasa penyebaran agama islam di Jawa Barat yaitu pada zaman kejayaan Kesultanan Cirebon dibawah pemerintahan Sunan Gunung  Sejak saat itulah kesenian topeng dibina dan ditingkatkan menjadi kesenian milik Keraton Cirebon serta berfungsi sebagai media dakwah islam sekaligus sebagai sarana upacara adat dan hiburan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Menurut beberapa keterangan, seperti disebutkan oleh Wigandi Wangsaatmadja bahwa topeng tumbuh dan hidup serta berkembang dikalangan masyarakat Cirebon dan sekitarnya sebelum agama islam masuk, selanjutnya atas peran Sunan Kalijaga lah yang akhirnya memanfaatkan kesenian I I sebagai sarana dakwah untuk menyebar luaskan agama islam. RMP.Koesoemowardjojo dalam buku “Kaweruh  Topeng” menerangkan bahawa kesenian topeng diciptakan oleh Sunan Kalijaga , dan lebih lanjut buku ini menjelaskan mengenai seluk beluk topeng dari awal pembuatannya yang konon hanya berjumlah 9 buah tanpa di cat kemudian ditambah 20 buah dan selanjutnya ditambah lagi 40 buah.

Di Daerah Cirebon, tari topeng  mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas. Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.Banyak kalangan yang berpendapat bahwa Cirebon merupakan daerah pusat penyebaran topeng yang kemudian mempengaruhi beberapa kesenian diwilayah sekitar Jawa Barat, seperti di daerah Priangan meliputi Sumedang dan Bandung, Subang, Karawang hingga Banten. Disisi lain Sudjana Ardja  (Alm) pernah mengatakan bahwa kesenian topeng yang berkembang di masyarakat Cirebon  sudah dikenal pada pertengahan abad ke 16. Ia meyakini bahwa cikal bakalnya tari topeng Cirebon berasal dari Kerajaan Jenggala (Jawa Timur). Waktu itu keberadaan kesenian ini memiliki peran sebagai tari kebesaran dan hiburan dikalangan kerajaan. Karena terjadi perebutan kekuasaan dikalangan kerajaan , sehingga mengakibatkan kesenian berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, pada akhirnya peran Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian ini dengan gerakan dan nafas ajaran islam.
Setelah kesultanan Cirebon di jajah belanda sejak tahun 1681, keberadaan kesenian Cirebon dan kesenian lainnya mengalami masalah yang cukup memprihatinkan akibat aturan colonial belanda terhadap peran keraton keraton Cirebon,terutama mengenai pengelolaan keuangan dan status keratin yang tidak lagi berperan sebagai pengelola pemerintahan karena diambil alih oleh Belanda.

Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijaga. Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Konon menurut Elang Yusuf Debdabrata (Alm) dari keraton kacirebonan, akhirnya tidak sedikit seniman  keratin yang kemudian terpaksa hengkang keluar tembok keraton. Sekanjtnya pada abad ke XX bermunculan beberapa gruo topeng yang terdapat dibeberapa desa di Cirebon dengan beberapa versi atau gaya yang berbeda satu sama lainnya. Sejak saat itulah keberadaan tari topeng sudah menjadi milik rakyat khususnya kultur budaya Cirebon mulai dari Losari hingga ke wilayah barat, meliputi Kabupaten Cirebon, Majalengka, hingga Karawang.
Di Cirebon terdapat banyak tokoh yang memiliki peran dalam menyebarkan kesenian topeng disamping keberadaan Sunan Gunungjati dan Sunan Kalijaga, misalnya peran Sunan Panggung yang kebudian mewariskan nya kepada pengikut setianya Pangeran Bagusan, Ki Buyut Trusmi dan Pangeran Losari. Peran tokoh-tokoh inilah kemudian melahirkan seniman-seniman bebas di Cirebon.

Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.
Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian. Keputusan tersebut akhirnya melahirkan kelompok tari dengan nama Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Manariknya dengan berjalannya waktu dan seiring populernya kesenian tersebut, Pangeran Welang jatuh hati pada penari nya bahakn belian rela menyerahkan Pedang Curug Sewu sebagai pertanda jika ia sungguh mencintai si penari tersebut.

Dengan adanya Penyerahan senjata itu berarti  hilang pula kesaktian sang Pangeran Cakrabuana. Sehingga dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan mengganti namanya menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian tari yang dimaksud lebih dikenal dengan nama Tari Topeng Cirebon. Dalam perkembangannya, tari topeng ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang spesifik.  Sehingga dari sini dikenallah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji. Semua tarian tersebut adalah tarian yang menggunakan properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda.

Senin, 06 Januari 2020

Macam-macam Gaya Tari Topeng Cirebon



Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian yang ada di wilayah kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon ini merupakan kesenian asli daerah yang berasal dari Cirebon, termasuk  Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Kesenian ini disebut dengan tari topeng karena para penarinya menggunakan topeng pada saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.

MACAM-MACAM GAYA TARI TOPENG

Pada kesenian tari Topeng Cirebon terdapat beberapa gaya tarian yang secara sah telah diakui secara adat. Gaya-gaya ini berasal dari desa-desa asli tempat di mana tari Topeng Cirebon lahir dan juga dari desa lainnya yang menciptakan gaya baru yang secara adat telah diakui lepas dari gaya lainnya. Endo Suanda seorang peneliti tari Cirebon melihat perbedaan gaya tari Topeng Cirebon antar daerah tersebut dikarenakan adanya penyesuaian selera penonton dengan nilai estetika gerak tarian di atas panggung. Berikut beberapa gaya dari tari Topeng Cirebon:

1. Tari Topeng Cirebon gaya Beber

Tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah salah satu dari gaya tari Topeng Cirebon yang lahir di desa Beber, kecamatan Ligung, kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sejak abad ke 17, awalnya tari Topeng yang ada di desa Beber dibawa oleh seorang seniman dari Gegesik, Cirebon yang bernama Setian, tetapi menurut para ahli Dalang Topeng Cirebon gaya Beber seperti mimi Yayah dan Ki Dalang Kardama yang pertama kali membawa tarian Topeng ke desa Beber dan yang menjadi dalang tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah mimi Sonten dan Surawarcita yang masih berasal dari daerah Gegesik sejak itu mulai menurunkan beberapa generasi para seniman.

Babak tarian tari topeng gaya Beber

Pembagian babak pada tari topeng Cirebon gaya Beber menurut Ki Andet Suanda dilakukan dengan berdasarkan pada para interpretasi tentang sifat dan kesadaran manusia itu sendiri.
1. Topeng Panji, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang halus.
2. Topeng Samba, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sedang tumbuh.
3. Topeng Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sudah dewasa.
4. Topeng Jinggananom + Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari pertarungan antara jiwa yang memiliki nafsu baik dan nafsu jahat
5. Topeng Klana, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi
6. Topeng Rumyang, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang sudah bisa melepaskan nafsu duniawinya dan menjadi manusia yang harum.

2. Tari Topeng Cirebon gaya Brebes

Tari Topeng Cirebon gaya Brebes merupakan jenis tari Topeng Cirebon yang berkembang di wilayah kecamatan Losari, kabupaten Brebes  yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa.

Babak Tarian

Tari Topeng Cirebon gaya Brebes menceritakan legenda Joko Bluwo, seorang pemuda petani desa yang berwajah buruk rupa berkeinginan untuk mempersunting putri raja yang cantik jelita bernama Putri Candra Kirana. Dikisahkan, keinginan Joko Bluwo akhirnya dikabulkan sang raja, setelah Joko Bluwo memenuhi syarat yang diajukan Raja.
Namun, di tengah pesta pernikahan, seorang raja dari kaum raksasa yang juga berkeinginan menikahi putri Candra Kirana datang dan membuat kekacauan. Dia mengajak bertarung pada Joko Bluwo untuk memperebutkan sang putri. Joko Bluwo akhirnya berhasil mengalahkan raja raksasa dan hidup bahagia bersama putri Candra Kirana.

3. Tari Topeng Cirebon gaya Celeng

Tari Topeng Cirebon gaya Celeng merupakan salah satu gaya tari Topeng Cirebon yang penyebarannya berpusat di blok (bahasa Indonesia: dusun) Celeng, desa Loh Bener, kecamatan Loh Bener, kabupaten Indramayu.

Dalang tari Topeng Cirebon gaya Celeng

Asal usul gaya Celeng dipercaya dibawa oleh Ki Kartam (seorang ahli dalang wayang dan dalang topeng) dari wilayah Majakerta yang merupakan kakak dari Ki Panggah (yang melestarikan tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara di kabupaten Subang), sementara kedekatan gerak tarian antara gaya Celeng dengan gaya Pekandangan disebabkan mimi Rasinah yang aslinya berasal dari desa Pamayahan,kecamatan Loh Bener, kabupaten Indramayu belajar seni dalang topeng kepada ibu (bahasa Cirebon dialek Dermayu: emak) Suminta, ibu dari Ki Dalang Haji Rusdi dan nenek (bahasa Cirebon dialek Dermayu: Mak tuwa) dari budayawan Cirebon asal Indramayu Ady Subratha, kemudian mimi Rasinah pindah ke desa Pekandangan, kecamatan Indramayu, kabupaten Indramayu dan mempopulerkan tari Topeng Cirebon gaya Pekandangan, inilah yang menyebabkan ada beberapa gerak tarian yang terkesan mirip antara gaya Celeng dengan gaya Pekandangan

4. Tari Topeng Cirebon gaya Cibereng

Tari Topeng Cirebon gaya Cibereng merupakan ragam tari Topeng Cirebon yang ada di desa Cibereng, kecamatan Trisi, kabupaten Indramayu.
Dalang tari Topeng Cirebon gaya Cibereng
Dalang tari Topeng Cirebon gaya Cibereng yang terkenal salah satunya adalah Ki dalang Carpan.

5. Tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara

Tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara merupakan salah satu gaya tari Topeng Cirebon yang wilayah penyebarannya berada di sekitar kecamatan pegaden hingga ke bantaran sungai Cipunegara yang merupakan perbatasan dengan kabupaten indramayu  Perkembangan kebudayaan di wilayah Cipunegara (termasuk di sebagian besar daerah dataran rendah kabupatem subang) tidak terlepas dari kontribusi masyarakatnya. Tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara ini oleh masyarakatnya disebut sebagai tari Topeng Menor, karena kemerduan suara dan kecantikan para penarinya.
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara ini adalah bahasa Sunda, keunikan yang terjadi semata-mata dikarenakan alkulturasi budaya antara budaya Cirebon dengan budaya Sunda dikarenakan dalam pementasan tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara tersebut juga didatangi oleh masyarakat Sunda yang kurang paham dengan bahasa cirebon  sehingga bahasa Sunda digunakan sebagai bahasa pengantar pementasan agar pesan-pesan yang berusaha disampaikan dalam setiap babak tariannya dapat dengan mudah dimengerti oleh masyarakatnya.

Musik pengiring

Pada tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara, musik pengiringnya justru menggunakan musik-musik Bajidoran yang merupakan seni khas kebudayaan Sunda di kabupaten subang dan kabupaten karawang.

Dalang tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara

Dalang-dalang topeng yang berada diwilayah Pegaden dan Cipunegara bisa dikatakan seluruhnya merupakan keturunan dari Dalang Panggah. Dalang Carni dan Dalang Ratem merupakan dua orang dalang dari wilayah Cipunegara yang hingga kini masih terbilang aktif melestarikan gaya Cipunegara.

6. Tari Topeng Cirebon gaya Gegesik

Tari Topeng Cirebon gaya Gegesik memiliki daerah penyebaran di sekitar kecamatan Gegesik, kabupaten Cirebon. Pada tari Topeng Cirebon gaya Gegesik yang paling terlihat berbeda adalah raut karakteristik topengnya. Topeng Panji pada gaya Gegesik digambarkan dengan karakteristik wajah berwarna putih dengan raut tenang, mata sipit dengan tatapan yang selalu merunduk tajam, hidung mancung dan senyum yang terkulum.
Perubahan yang terjadi pada tari Topeng Cirebon gaya Gegesik kebanyakan dipengaruhi oleh struktur masyarakat urban serta berperannya sekolah kesenian, modernisasi, peristiwa, politik dan perubahan pandangan pewaris topeng. Perubahan tari Topeng Cirebon gaya Gegesik terutama terjadi pada cara dan bentuk penyajiannya, sehingga pada masa itu pertunjukan topeng dicampur dengan dangdut atau yang oleh masyarakat disebut sebagai topeng-dangdut.

Musik pengiring

Lagu atau musik pengiring yang digunakan pada pagelaran tari Topeng Cirebon gegesik berikut nama-nama musik pengiringnya :
1. Tetaluan, dikenal juga dengan nama gagalan merupakan tabuhan gamelan yang dimainkan sebelum penari atau dalang topeng muncul pada panggung tari.
2. Kembang Sungsang, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Panji.
3. Singa Kawung, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Samba.
4. Tumenggungan, atau dikenal dengan nama bendrong merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Tumenggung atau Patih.
5. Kembang Kapas, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Rumyang.
6. Gonjing, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Klana.

Dalang tari Topeng Cirebon gaya Gegesik

Di wilayah kecamatan Gegesik juga terdapat banyak dalang topeng, para dalang tersebut kebanyakan berasal dari keturunan para maestro tari Topeng Cirebon gaya Gegesik yaitu Mutinah, Lesek dan Jublag. Keturunan dalang Mutinah yang bisa ditelusuri adalah dalang Juniah, sementara keturunan dalang Lesek adalah dalang Sumarni dan yang terakhir keturunan dalang Jublag adalah dalang Baerni dan Baedah yang keduanya masih dapat dikatakan aktif walau sudah sangat jarang diundang tampil di masyarakat.

7. Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan

Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan tersebar disekitar kecamatan Palimanan dan sekitarnya.

Musik pengiring

Musik pengiring yang digunakan pada pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan diantaranya adalah ;
1. Kembang sungsang, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Panji
2. Gaya-gaya, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Samba, kata Gaya-gaya diambil dari gerakan watak Samba yang lincah dan banyak tingkah.
3. Malang totog, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Tumenggung. kata Malang totog berarti Belalang yang sedang menotog yang diambil dari ekspresi dalam gerakan dalang Topeng yang sedang meniru gerakan Malang (Belalang).
4. Bendrong, merupakan tetaluan  yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Jingga Anom dan babak akhir yaitu Klana Udeng.
5. Gonjing, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Klana
6. Kembang kapas, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Rumyang
Sesepuh tari Topeng Cirebon gaya Palimanan berasal dari wilayah timur kabupaten Cirebon  tepatnya di wilayah kecamatan Astana Japura, kabupaten Cirebon.

Babak tarian

Babak tarian yang dibawakan pada gaya Palimanan hampir serupa dengan yang ada pada gaya Beber dan Randegan namun dengan penambahan babak Klana Udeng sebagai akhir dari pagelarannya.
Klana udeng, gerak tarinya perpaduan semua gerak tari lima wanda (babak Topeng) namun dengan menambahkan gerakan yang belum sempat ditarikan di topeng lima wanda tersebut, babak Klana Udeng dipentaskan dengan tidak menggunakan sobra namun dengan menggunakan Udeng (bahasa Indonesia: iket kepala)
Selain lima babak yang ada biasa ditampilkan, menurut Ki Waryo (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada masa lalu di dalam gaya Palimanan juga dipentaskan tarian Ratu Kencana Wungu yang dibuktikan dengan keberadaan topeng ini yang tersimpan pada dalang tari Topeng Cirebon gaya Palimanan
Gerakan tari Sunti
Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan memiliki ciri khas pada berbagai macam posisi berdiri yang diciptakan oleh dalang Wentar, posisi-posisi tersebut disesuaikan dengan postur tubuh dan kepantasan penarinya, ditambah dengan penafsiran yang berbeda dalam meresapi watak dalam cerita topeng, membuat gerakan tarian Topeng gaya Palimanan ini berbeda.

Dalang tari Topeng Cirebon gaya Palimanan

‌Para dalang tari Topeng Cirebon gaya Palimanan sebagian besar merupakan keturunan dari dalang Wentar, Ki Dalang Wentar mempunya beberapa orang anak diantaranya Mimi Mini, Mimi Ami, Ki Dalang Saca, Mimi Nesih dan Mimi Soedji, di antara keturunan dari Wentar yang terkenal adalah Tursini anak dari dalang Soedji seorang maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan. Beberapa keturunan dalang Wentar tidak hanya berdiam di kecamatan Palimanan saja. namun menyebar ke wilayah lainnya terutama kabupaten Majalengka. Dalang Sukarta yang kini tinggal di desa Bongas, kecamatan Sumber Jaya, kabupaten Majalengka, merupakan salah satunya, dalang Sukarta merupakan keturunan Ki Wentar dari jalur Mimi Mini, anak Mimi Mini yaitu Mimi Ina yang kemudian menikah dengan Ki dalang Entang dari desa Balad, kecamatan Dukupuntang, kabupaten Cirebon merupakan ibu dan ayahnya, sehingga Ki Dalang Sukarta sekaligus menjadi cucu bagi Ki dalang Saca (anak dalang Wentar) dan dalang Soedji yang merupakan saudara neneknya yaitu dalang Mini. dalang lain yang terkenal dari gaya Palimanan adalah Ki dalang Ade Irfan.
















Sabtu, 04 Januari 2020

TARI TOPENG CIREBON BERTAHAN DARI KEPUNAHAN

Hallo sahabat literasi... Selamat datang di halaman aku. Kali ini aku mau ngasih tau nihh. Hal penting menyangkut sejarah tari topeng Cirebon. Point penting nya, ternyata tari topeng Cirebon telah bertahan dari masa kepunahan loh. Hebat bukan? Dan kira-kira apa ya upaya yang menjadi daya tahan tari topeng menghadapi kepunahan nya itu? Penasaran kan?? langsung aja yukk scrool ke bawah yaa.. Selamat membaca sahabat literasi... 

 10. TARI TOPENG CIREBON BERTAHAN DARI KEPUNAHAN




     Tradisi yang ada pada tari topeng sudah tidak sama dengan waktu ketika Pak Sujan menari dulu. Selain banyak orang yang hanya asal bisa menarikan dan tuntutan masyarakat agar tari topeng diubah atau dimodifikasi, ternyata ada banyak tata cara dan tradisi yang harus dihilangkan mengikuti arahan pemerintah. Ada tiga hal yang harus diubah oleh Sujana beserta kelompok tarinya, yaitu ketentuan tidak boleh ngamen dari rumah ke rumah atau lazim dikenal dengan istilah bebarang, tidak boleh pakai kaus kaki ketika menari, dan harus mengganti baju berwarna hitam dengan baju yang lebih meriah. Menyebarkan agama.

     Pada awalnya, tari topeng digunakan untuk menyebarkan agamadengan datang ke rumah seseorang dengan mengharapkan pemilik rumah bisa membawakan doa syahadat. Namun dalam perkembangannya, pembacaan syahadat memang tidak dikembangkan lagi, tapi diganti dengan bebarang ketika musim panen padi tiba. Bila musim panen tiba,Sujana dan kelompok tarinya datang dari rumah ke rumah untuk mengamen. Ketika itu, merekadibayar dengan padi sistem bakdeng, satu bedeng atau sekitar 30 kilogram padi untuk satu babak. Selain itu, pemakaian kaus kaki putih juga dilarang. Pasalnya, pemerintah menganggap kaus kaki putih adalah simbol orang-orang penganut komunis. Padahal, kaus kaki tersebut merupakan simbol kesucian seseorang, lebih dari sekedar aksesoris. Seorang dalang yang akan menari harus suci hati dan pikirannya. Dalam hal ini disimbolkan dengan kaus kaki berwarna putih. Sedangkan aturan baru lainnya adalah perihal baju yang harus dibuat lebih berwarna, tidak polosan dengan warna hitam. Padahal awalnya, warna polos itu menyimbolkan kesederhanaan bagi dalangnya agar nantinya para penonton tari tersebut dapat meniru cara hidup sederhana. "Saya waktu itu sampai sekarang ikut saja. Padahal, saya tahukalau diubah, pastinya ada pesan tertentu yang akan hilang. Tapi mau bagaimana lagi namanya juga orang takut," ujar Sujana Arja. Akan tetapi, gagasan perubahan yang digulirkan tidak sejalan dengan nasib tari topeng Cirebon.


Akhir-akhir ini, sajian tari topeng Sujana beserta kelompok tari Panji Dharma mulai ditinggalkan masyarakat. "Terakhir kali menerima order bayaran Rp 30 juta. Tapi sekarang uangnya sudah habis karena harus dibagi rata dengan personel lainnya yang jumlahnya sekitar 30orang. Kalau sudah begitu, saya terpaksa utang tetangga karena sudah tidak ada yang tersisa dari saya untuk membiayai hidup sehari-hari," katanya. Harus bersaing Menurut Inu Kertapati-dalang tari topeng lainnya-berbeda dengan dulu, setiap hari selalu saja ada orang yang memintanya untuk menarikan taritopeng. Baik khitanan, pernikahan, maupun selamatan rumah, biasanya tari topeng selalu hadir dan diminati masyarakat. 
    " Kami sangat sadar kalau sekarang kami harus bersaing dengankesenian yang kata orang lebih baru seperti modern dance atau organ tunggal.Tapi apakah suatu kesalahan bila kami ingin tetap pertahankan tradisi turun-temurun ini" ujar Inu, anak ketiga dari Sujana Arja. Selain itu, menurut Inu,kepunahan tari topeng bisa saja lebih cepat terjadi. Pasalnya, selama ini tari topeng Cirebon hanya ditampilkan pada waktu tertentu. Akibatnya minat dan pengetahuan masyarakat terhadap tari topeng semakin berkurang. 
     Tari topeng biasanya hanya muncul saat even kejuaraan dan acara yang diselenggarakan pihak Keraton di Cirebon. Di luar itu, tari topeng masih sulitditemukan. Biaya yang mahal dan adanya kesenian lain yang lebih modern membuat masyarakat mulai meninggalkan tari topeng Cirebon. Kesenian di Jawa Barat setidaknya memiliki 35 rumpun seni, yang terdiri dari 391 jeniskesenian. Dari jumlah itu, 100 jenis kesenian berkembang di masyarakat, 39 diantaranya sangat berkembang. Kesenian yang sangat terkenal di Jabar adalah Jaipongan. Kesenian ini berkembang, antara lain di kota Bandung, Cimahi, Tasikmalaya, Majalengka dan Bekasi. 
     Kesenian lain yang menjadi ciri khas Jabar adalah tembang sunda,tayub, wayang golek, reog, calung, angklung/arumba, dan sintren. Di wilayah Cirebon terkenal dengan kesenian topeng Cirebon, tarling, gembyung, danwayang kulit. Sementara untuk daerah Kuningan dan Indramayu jenis kesenian seperti sandiwara, sintren, kuda lumping juga berkembang baik. Sementara di Sukabumi, potensi seni yang ada antara, lain uyeg, cador, kliningan, kecapi suling, calung, debus, dan ketuk tilu. Adapun kesenian yang berkembang di Karawang dan Subang, antara lain bajidoran, dombret, dan kesenian sisingaan. Jumlah seniman di Jabar sebanyak 49.023 orang dan hingga kini masih aktif. 

Nahh gimana nih sahabat literasi sekarang paham kan? 
Semoga pemaparan tadi menambah ilmu pengetahuan kita semua ya. Untuk itu jangan bosan untuk membaca ya. Karena dari membaca kita menjadi tau lohh. 
Sekian dulu pemparan kali ini ya, semoga bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf atas segala kekurangannya. Saran dan komentar nya aku tunggu ya. Terimakasih dan sampai jumpa sahabat literasi. Semoga hari-hari kalian selalu manis:)



Serupa Namun Tak Sama, inilah 5 Perbedaan Tari Topeng di Nusantara




Assalamuaalaikum wr.wb teman-teman semuanya!

Balik lagi nih sama saya kali ini saya akan membahas artikel tentang perbedaan tari topeng dari berbagai daerah. Oke langsung saja ya, selamat membaca!

Indonesia merupakan surga bagi budaya dan setiap jengkal dari Indonesia memiliki adat istiadat yang unik dan berbeda-beda setiap daerahnya loh!. Nah, dari adat istiadat dan budaya tersebut terurai kembali jadi ragam seni yang sangat memukau. Seni Tari adalah salah satunya. Sudah bukan rahasia lagi jika negara ini punya banyak sekali tarian yang memiliki gerakan-gerakan memukau. Terlihat sederhana tapi penuh makna.

Tari Topeng – Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan tradisional. Negara yang mempunyai kesenian tradisional yang sangat beragam, seperti tarian-tarian daerah. Tarian pada setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Salah satu tarian asli dari Indonesia yang cukup unik adalah Tari Topeng.

Salah satu tari yang jadi ciri khas Indonesia adalah tari topeng. Eits, jangan salah, di antara tari-tari yang lain bisa dibilang tari topeng nusantara ini paling punya variasi yang sangat beragam. Terganung dari siapa dan dari mana sang penari berasal. Tari topeng yang berasal dari Jakarta akan jauh berbeba dengan tari topeng yang berasal dari Bali. Begitu juga tari topeng yang berasal dari Cirebon akan jauh berbeda dengan tari topeng yang berasal dari Magelang. Kekayaan itu lah yang mesti kita pelajari. Setidaknya kalau kita tak sempat belajar menari, kita bisa mengerti perbedaan-perbedaan tari topeng dari satu daerah dan daerah lain. Nah, karena itulah saya akan coba sajikan beberapa macam tari topeng nusantara dari berbagai daerah di indonesia, supaya kamu dapat membedakan tari topeng yang satu dan yang lain.

1. Tari Topeng Betawi

Kita mulai dari Ibukota Jakarta dahulu ya. Masyarakat Betawi memang memiliki kesenian tari tradisional yang cukup termasyhur di Indonesia. Selain kesenian Lenong, kesenian Tari Topeng juga masuk ke dalam list budaya unggulan orang-orang betawi. Tari Topeng Betawi biasanya dimulai dengan alunan musik yang dimainkan. Setelah itu para penari masuk dalam keadaan sudah mengenakan topeng. Topeng-topeng ini disematkan diwajah dengan cara digigit. Mereka menari sesuai dengan tema yang dibawakan. Mulai dari legenda, kritik sosial, sampai dengan kehidupan masyarakat. Tari ini memang seperti memiliki cerita.  Kini Tari Topeng Betawi banyak dipentaskan sebagai pertunjukan budaya. Keunikan dan kekayaan gerakan membuat tarian ini tetap digemari oleh masyarakat sekitar.

2. Tari Topeng Bali

Lalu kita beranjak ke pulau Dewata. Pulau seribu wisata ini juga menyimpan banyak sekali keanekaragaman budaya. Salah satunya Tari topeng Bali. Tari topeng Bali adalah salah satu daya pikat bagi provinsi yang beribukota di Denpasar itu. Nah, Tari Topeng Bali ini mirip dengan pagelaran drama, yakni ada jalan ceritanya. Meski begitu semua dilakukan dengan menggunakan gerakan. Terlebih, Tari Topeng Bali ini memang memiliki alur cerita tersendiri. Biasaya ada seorang narator yang menjabarkan tentang lakon cerita tari topeng Bali ini. Seorang yang berperan menjadi narator juga harus mengenakan topeng. Tapi ada perbedaan antara topeng yang digunakan oleh narator dengan topeng yang digunakan oleh penari, bedanya topeng yang dipakai oleh narator ini adalah topeng separuh wajah saja. Nah, Tari Topeng Bali ini dimainkan dengan menggunakan latar belakang alat musik gamelan. Penggunaan topeng dalam tarian khas Bali ini adalah sebagai wujud dari pemujaan untuk para leluhur masyarakat Bali. Setiap kali tari topeng bali ini dipentaskan, maka jaminannya adalah banyaknya penonton yang hadir untuk menikmati acara pementasan tari topeng Bali ini.

3. Tari Topeng Cirebon

Kota udang ini juga memiliki kesenian dalam bidang pementasan tarian yang menggunakan properti topeng. Bahkan bisa dibilang kesenian tari topeng menjadi tontonan budaya andalan yang ada di Kota paling timur Jawa Barat ini. Tari Topeng Cirebon memang memiliki banyak sekali variasi. Mulai dari variasi daerah sampai dengan variasi topeng. Ya, gerakan tarian topeng ini ditentukan dari topeng apa yang akan dipakai. Ada lima macam topeng yang biasanya dikenakan yaitu:  Topeng Panji, Topeng Patih, Topeng Rumiyang, Topeng Samba dan tentu saja yang paling terkenal adalah Topeng Kelana. Kelima topeng tersebut memiliki filosofinya masing-masing. Filosofi itu akan masuk pula dan memengaruhi gerakan pada tarian. Kesenian tari Topeng Cirebon juga pernah di tulis oleh Thomas Stamford Rafflesh dalam bukunya yang berjudul The History of Java.

4. Tari Topeng Magelang

Kota Magelang juga punya karya tarinya tersendiri juga, salah satunya adalah tari topeng yang menjadi bagian dari kota Magelang yang tidak bisa dilepaskan. Tari Topeng Magelang atau biasa orang menyebutnya juga Tari Topeng Ireng adalah tarian yang dilakukan dengan beramai-ramai, bisa sampai 10 orang atau lebih. Salah satu daya pikat dari tari topeng ini adalah kostum yang dipakai oleh para penari. Benar-benar di luar pakaian atau kostum Jawa. Kostum yang dipakai ini justru lebih identik dengan pakaian dari adat suku Dayak di Kalimantan. Nah, Tari Topeng Magelang ini adalah sebagai sarana hiburan bagi masyarakat sekitar. Jika tari ini sudah mulai menetas, maka keriuhan akan terjadi. Dalam tarian ini, mulut para penari akan berteriak-teriak dengan kencang. Kaki mereka para penari yang sudah disematkan benda seperti gelang akan terus dihentakkan sehingga timbul suara gemerincing yang berisik. Belum lagi tepukan tangan dari para penonton sebagai apresiasi. Tari Topeng Magelang ini memang selalu seru untuk ditonton pertunjukannya.

5. Tari Topeng Malang

Kota Apel ini juga memiliki kesenian khas tari bertopeng. Kota yang terletak di Jawa Timur ini memiliki kesenian Tari Topeng Malangan. Tari topeng ini juga memiliki alur cerita seperti halnya dengan tari topeng yang berasal dari Bali. Tapi, jika dilihat tari ini juga mirip dengan kesenian adat Jawa lain yaitu wayang orang. Ya, dalam Tari Topeng Malangan, terdapat seorang dalang yang mengatur jalan cerita. Selain itu, ada empat sesi untuk mementaskan tarian ini. Sesi pertama adalah Gending Giro. Sesi ini adalah sesi di mana alat musik seperti gamelan dimainkan. Gending giro dilakukan untuk mengundang masyarakat untuk menyaksikan. Kedua ada salam pembukaan. Sesi ini dilakukan untuk menceritakan sinopsis dari lakon yang akan dimainkan oleh para penari. Ketiga ada sesajen. Hal ini adalah ritual permohonan agar acara bisa berjalan dengan baik. Dan yang keempat adalah acara inti dari pagelaran. Meski unik dan terbilang cukup epic, Kesenian asli Malang ini kini mulai sepi pementasan dan terancam akan punah. Karena itu, sudah selayaknya sebagai masyarakat asli Indonesia kita turut melestarikan dan menjaga agar segala budaya kita dapat terus abadi.

Nah... Gimana nih teman-teman sudah tau kan perbedaannya.. terimakasih sidah membaca..

Wassalamualaikum wr.wb

Jumat, 03 Januari 2020

Mari mengenal sosok Maestro hebat dibalik lestarinya Tari Topeng Cirebon

Hallo sahabat literasi... Kembali lagi sama aku hehe.  Kali ini aku mau ngasih tau nihh. Ternyata dibalik lestari nya tari topeng, ada pencipta-pencipta hebat dibalik nya lohh. Atau masyarakat biasa menyebutnya "Maestro". Nahh betul bangett, kali ini aku mau mengajak sahabat literasi untuk lebih mengenal dengan salah satu Maestro hebat Cirebon nihh. Penasaran bagaimanakah sosok di balik nya?? langsung aja yukk scrool ke bawah yaa.. Selamat membaca sahabat literasi... 

8. BELAJAR DARI MAESTRO TARI TOPENG CIREBON



     Setiap kali ada seseorang yang hingga akhir hayatnya tetap kukuh memilih dunianya menjadi bagian dari "ritus kehidupan", setiap kali ada seseorang yang selama hayatnya meletakkan hampir seluruh kreativitasnya menjadi representasi dari segenap "totalitas kehidupan", setiap kali pula seseorang itu, tanpa pamrih, dengan tulus mengajarkan serta merelakan dirinya hanya untuk kesenian dan berdiri sebagai seniman yang dengan karya-karyanya sebuah bangsa, di antara sekian karya yang lain, ditahbiskan berbudaya dan memiliki spirit peradaban. Adakah kita bisa meletakkan kembali penghormatan dengan secercah ketulusan yang sama?Saya kira, kita --siapa pun kita pada konteks maknanya yang diperluas dalam posisi sebagai pejabat negara, politisi, pengusaha atau apa pun--kesulitan untuk menjawab esensi pertanyaan tadi dengan baik. Bahkan ada berbagai pertanyaan serupa yang sama sekali kita tidak bisa memberi jawaban tepat. Seperti halnya pertanyaan berikut, apakah peran seniman memang senantiasa berada di luar hiruk-pikuk kebijakan negara? Apakah karya-karya seni tidak menjadi bagian signifikan dalam subsistem wacana kebudayaan suatu pemerintahan? Seniman, terlebih pada mereka yang memilih genre seni tradisi lengkap dengan membawa khazanah lokal yang menjadi bagian substantif di dalamnya,  tampak mengalami dilema di sana-sini dalam menghadapi perubahan zaman. Sejumlah seni tradisi yang merupakan "ikon" dan "akar"  dalam konstruk budaya tradisional masyarakat, kita tahu, berada pada posisi marginal dan feriferal. Dan, ironisnya, justru seni-seni tradisi yang semula menjadi simbol dalam penyeimbang (equilibrium) seni-seni yang dinilaisebagai sentral (adiluhung).

Kematian yang Sunyi
     Sujana Arja, atau akrab dipanggil Mang Jana, adalah maestro penaritopeng yang Senin (10/4/2006) baru saja wafat dengan usia di atas 70 tahun. Suatu kematian yang sunyi yang menyisakan jejak panjang silsilah dari salahsatu dinamika, stilistika, maupun estetika tari topeng Cirebon: bagaimana taritopeng "gaya Slangit" membentuk dirinya dan mempertahankan eksistensinya sekaligus. Bahkan dengan keteguhan seperti itu, ia tidak peduli apakahnegaranya memberi perhatian terhadap salah satu warisan seni tradisi bangsanya atau tidak; apakah pemerintah daerahnya memahami atau tidak, bagaimana seharusnya menyusun grand strategy apa yang diklaim para birokrat sebagai "pelestarian" seni tradisi. 
     Sujana dengan kehidupan yang sangat sederhana mampu bertahan untuk tidak bergeser sedikit pun dari pengabdian hampir seluruh gerak dirinya pada khazanah seni tradisi tari topeng yang diwariskan keluarga besar maestro penari topeng Arja. Sejak 1973, Sujana berlatih, mengajarkan lima wanda taritopeng dan menempati sanggar tari Panji Asmara yang berada di pengujung utara desa Slangit yang kiri-kanannya masih berupa semak perdu, rumpun bambu, jalan setapak, dan hamparan sawah. Kecuali menari, ia tidak pernah memilih profesi selainnya, apalagi sekadar untuk menyelesaikan yang primer dan sekunder dalam kehidupannya selama ini. Sujana telah melanjutkan proses regenerasi dan genealogi dari cikal- bakal tari topeng Cirebon. Bersama dengan beberapa tokoh tari topeng segenerasinya seperti, Sawitri (gaya Losari), Tarwi (Kreo), Sudji dan Dasih(gaya Palimanan) mengukuhkan tari topeng Cirebon dengan gaya masing-masing. Sehingga meninggalnya almarhum Sujana, menandai berakhirnya generasi kedua tari topeng Cirebon yang kini, mau tidak mau, diteruskan anak-cucu mereka. Tradisi tari topeng seperti seni-seni tradisi lain, mungkin agak mirip dengan perguruan shaolin yang memiliki keniscayaan untuk melahirkan sejenis "pendekar" sebagai generasi penerus yang eksploratif, andal, kukuh, teguh dalam menerima seluruh estafet dari dalam pepakem seni tradisi tersebut. Setidaknya, jika generasi tari topeng Slangit pasca-Sujana tidak segera menata berbagai instrumen dalam perjalanannya ke depan akan menghadapi tantangan budaya global yang mereduksi pandangan publiknya sedemian rupa. Dikhawatirkan tari topeng Cirebon yang tumbuh dengan latar serta beragama gaya yang bertolak dari eksplorasi maupun improvisasi tokohnya akan kehilangan generasi (lost generation). Sehingga beberapa gaya tari topeng Cirebon yang pernah tumbuh pada beberapa daerah dengan beragam gaya,sebut saja Kalianyar, Gegesik, Palimanan, Babakan, Kreo, dan Gujeg, tampak "ditinggalkan" generasi penerusnya. Tari topeng "gaya Slangit" --diambil dari muasal nama desa tempat proses kreatif keluarga besar maestro tari topeng Arja (ayahanda dan pendahulu Sujana) sebagai Generasi Pertama-- menjadi tonggak penting bagisembilan anak-anaknya; Sutija, Suwarti, Suparta, Sujaya, Sujana, Rohmani, Roisi, Durman, dan Keni, yang semuanya berhasil menjadi penari topeng. Meski dari ke sembilan anaknya, Sujana yang kelak tampil dan dikenal publik luas sebagai seorang maestro. Sujana memulai proses kreatifnya untuk menjadi maestro sejak berusia 10 tahun yang mengikuti
bebarang (ngamen) bersama ayahnya. Kemudian atas prakarsa Pangeran Patih Ardja dari Kesultanan Kanoman, sekitar tahun 1940-an, keduanya tampil dalam berbagai perhelatan ritual tradisi dilingkungan keraton. Pada usia 17, Sujana dilepaskan secara mandiri untuk menerima tanggapan (order hajatan) dan melakukan bebarang hingga ke luar daerah (Indramayu, Majalengka Sumedang, Bandung, Garut, Cianjur, Banten)sebagai bagian dari proses manunggaling lelaku (menyatukan jiwa-ragadengan filosofi tari topeng dalam konteks kehidupan) --yang tidak dapat ditempuh melalui intellectual exercises dari wilayah dan norma-norma akademis. Karena itu, kita yang pernah menyaksikan pementasan Sujana, Sawitri, Sudji, Dasih atau Mimi Rasinah maestro penari topeng dari Pekandangan Indramayu tampak kekuatan tarian yang melampaui fase-fase "batasnalar" dari kelincahan gerak penari yang memasuki usia uzur. 
     Energitas dan kreativitas menyatu dengan spiritualitas ruh penciptaan. Begitu juga totalitasdan sinergitas menemukan ruang batin: di mana ekstase menyusun makna nya yang transenden dan tidak lagi samar-samar tersembunyi. Hampir para maestro yang membuka ruang batinnya untuk selalu berada pada kosmos pergulatan kreatif akan memperlihatkan puncak dimensi penciptaan ruhani yang dahsyat dan menakjubkan. Dan, Mang Jana dalam sebuah percakapan kecil dengan penulis, menolak persepsi yang semata mengacu pada asumsi akademis yang menilai pencapaian transenden dapat dimanipulasi melalui pemahaman sains, tanpa memasuki proses logosentrisme yang menjadikan seniman berada dalam fase pemahaman empirik-kognitif (ngangsu kaweruh). Dalam perspektif inilah, Sujana hendak menegaskan bahwa proseskreatif yang hanya kukuh sebatas asumsi-asumsi akademis, berakhir dalam pemahaman formalnya sendiri: tari topeng akan lebih tampak sebagai pola- pola gerakan ritmis yang penuh citraan (images) gerak tubuh dalam filosofi makna dan tata aturan bunyi gamelan. Namun kehilangan ruh pencitraannya sendiri, yang menyebabkan gerakan-gerakan tarian tampak ringan dan mekanik. Melalui proses panjang
manunggaling lelaku dan ngangsu kaweruh, seorang penari topeng akan menemukan titik pencitraan berbagai dimensi penciptaan yang bersenyawa dengan totalitas jiwa-raga. 

Pribadi yang Tulus
     Dalam kurun waktu cukup panjang dan berliku, Sujana Arja, empu taritopeng Slangit itu, telah menyiratkan dirinya menjadi pribadi yang tulus. Ia bukan saja berdiri sebagai seorang maestro, melainkan juga guru untuk  banyak muridnya (dalam dan luar negeri) yang sungguh-sungguh telah mengabdikan serta mengabadikan kehidupannya pada seni tradisi. Meski, ia tahu, dengan sikap penuh-seluruh, terlebih lagi ia sadari tanpa jaminan hari tua dimanapun termasuk pemerintan seorang seniman justru akan terus berada dalam suasana "mencipta".


Gimana nih sahabat literasi? Hebat bukan? Nah kesimpulan dari artikel di atas, kita sebagai generasi penerus bangsa, apalagi pribumi kota udang sendiri, ayoo lanjutkan dan lestarikan tradisi seni tari topeng yang telah diwariskan para nenek moyang kita. Dengan niat dan semangat berlatih, kita semua pasti bisa mengenalkan dan membawa tradisi seni tari topeng ini hingga kanca internasional. Terus belajar ya!! 
Untuk pemaparan kali ini, sekian dulu yaa. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan sahabat literasi dimanapun berada. Oh iya, mohon maaf jikalau ada padanan kata yang kurang tepat karena masih proses belajar hehe.. Saran dan komentar nya ditunggu yaa. Terimakasih dan sampai jumpa di halaman aku selanjutnya.
Jangan lupa senyum hari ini:)


TANDA TANYA BESAR DI BALIK PESONA TARI TOPENG CIREBON?

 Hallo sahabat literasi... Kembali lagi sama aku hehe.  Kali ini aku mau ngasih tau nihh. Ternyata tari topeng Cirebon memiliki pesona nya tersendiri loh.. Penasaran bagaimanakah pesona di balik nya?? langsung aja yukk scrool ke bawah yaa.. Selamat membaca sahabat literasi... 

8. PESONA DI BALIK TARI TOPENG CIREBON



     Sudah lama tari Topeng Cirebon mengundang tanda tanya akibat daya pesonanya yang tinggi, tidak saja di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Tari Panji, yang merupakan tarian pertama dalam rangkaian Topeng Cirebon,adalah sebuah misterium. Sampai sekarang belum ada koreografer Indonesiayang mampu menciptakan tarian serupa untuk menandinginya. Tarian Panji seolah-olah “tidak menari”. Justru karena tariannya tidak spektakuler, maka iamerupakan sejatinya tarian, yakni perpaduan antara hakiki gerak dan hakikidiam. Bagi mereka yang kurang peka dalam pengalaman seni, tarian ini akan membosankan. Inilah teka-teki Tarian Panji dalam Topeng Cirebon. 
     Bagaimana penduduk desa mampu menciptakan tarian semacam itu? Penduduk desa yangtersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya. 
Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yang dulu memeliharanya. Ketika Raja-raja Cirebon diberi status “pegawai” olehGubernur Jenderal Daendels, dan tidak diperkenankan memerintah secara otonom lagi, maka sumber dana untuk memelihara semua kesenian Keraton tidak dimungkinkan lagi. Para abdi dalem Keraton terpaksa dibatasi sampaiyang amat diperlukan sesuai dengan “gaji” yang diterima Raja dari Pemerintah Hindia Belanda. Begitulah penari-penari dan penabuh gamelan Keraton harus mencari sumber hidupnya di rakyat pedesaan. Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai “gaya” TopengCirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan dan lain-lain.Untuk merekonstruksi kembali Topeng Cirebon yang baku, diperlukan studi perbandingan seni. Berbagai gaya Topeng Cirebon harus diperbandingkan satu sama lain sehingga tercapai pola dan strukturnya yang mendasarinya. Dengan metode demikian, maka akan kita peroleh bentuk yang mendekati “aslinya”. Namun metode ini tak dapat dilakukan tanpa berbekal dasar filosofi tariannya.

Dari mana filsafat tari Topeng Cirebon itu dapat dipastikan?
     Tentu saja dari serpihan-serpihan tarian yang sekarang ada dandipadukan dengan konteks budaya munculnya tarian tersebut. Konteks budayaTopeng Cirebon tentu tidak dapat dikembalikan pada budaya Cirebon sendiriyang sekarang. Untuk itu diperlukan penelusuran historis terhadapnya.

Siapakah Empu pencipta tarian ini?
     Sampai kiamat pun kita tak akan mengetahuinya, lantaran masyarakat Indonesia lama tidak akrab dengan budaya tulis. Meskipun budaya tulisdikenal di Keraton-keraton Indonesia, tetapi tidak terdapat kebiasaan mencatat pencipta-pencipta kesenian, kecuali dalam beberapa karya sastra nya saja. 

Di zaman mana? 
     Kalau pencipta tidak dikenal, sekurang-kurangnya di zaman mana Topeng Cirebon ini telah ada? Kepastian tentang ini tidak ada. Namun ada dugaan bahwa di zaman Raja Majapahit, Hayam Wuruk, tarian ini sudah dikenal. Dalam Negarakertagama dan Pararaton dikisahkan raja ini menaritopeng (kedok) yang terbuat dari emas. Hayam Wuruk menarikan topeng emas (atapel, anapuk) di lingkungan kaum perempuan istana Majapahit. Jadi Taritopeng Cirebon ini semula hanya ditarikan para raja dengan penonton perempuan (istri-istri raja, adik-adik perempuan raja, ipar-ipar perempuan raja,ibu mertua raja, ibunda raja).Dengan demikian dapat diduga bahwa Topeng Cirebon ini sudah populer di zaman Majapahit antara tahun 1300 sampai 1400 tarikh Masehi. 
     Mencari dasar filosofi tarian ini harus dikembalikan pada sistem kepercayaan Hindu-Budha-Jawa zaman Majapahit. Tetapi mengapa sampai di Keraton Cirebon? Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit (1525), tarian ini rupanya dihidupkan oleh Sultan-sultan Demak yang mungkin mengagumi tarian iniatau memang dibutuhkan dalam kerangka konsep kekuasaan yang tetap spiritual. Dalam babad dikisahkan bahwa Raden Patah menari Klana di kakiGunung Lawu di hadapan Raja Majapahit, Brawijaya. Ini justru membuktikan bahwa Topeng Cirebon erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa. Bahwa hanya Raja yang berkuasa dapat menarikan topeng ini, ditunjukkan oleh babad, yang berarti kekuasaan atas Jawa telah beralih kepada Raden Patah, dan Raja Majapahit hanya sebagai penonton. Dari Demak tarian ini terbawa bersama penyebaran pengaruh politik Demak. Demak yang pesisir ini memperluas pengaruh kekuasaan dan Islamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, yang ke arah barat sampai diKeraton Cirebon dan Keraton Banten. Inilah sebabnya berita-berita Belanda menyebutkan keberadaan tarian in di Istana Banten. Banten dan Cirebon, sedikit banyak membawa kebudayaan Jawa-Demak, terbukti dari penggunaan bahasa Jawa lamanya. Sedangkan Demak sendiri dilanjutkan oleh Pajang yang berada di pedalaman, kemudian digantikan oleh Mataram yang juga di pedalaman.Topeng Majapahit ini, dengan demikian, hanya hidup di daerah pesisir Jawa Barat, sedangkan di Jawa pedalaman topeng tidak hidup kecuali bentuk dramatik lakon Panjinya. Kalau topeng tetap hidup dalam fungsi ritualnya,tentunya juga berkembang di kerajaan-kerajaan Islam Jawa pedalaman. 
     Rupanya topeng dipelihara di Jawa Barat karena pesona seninya. Topeng sangat puitik dan kurang mengacu pada mitologi Panji yang hinduistik. Topeng lebih dilihat sebagai simbol yang mengacu pada realitas transenden. Inilah sebabnya sultan-sultan di Jawa Barat yang kuat Islamnya masih memelihara kesenian ini.Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Paham kepercayaan asli, di mana pun di Indonesia, dalam hal penciptaan adalah emanasi. Paham emanasi ini diperkaya dengan kepercayaan Hindu dan Budha. Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan ciptaan, karena ciptaan adalah bagian dari Sang Hyang Tunggal. 

Untuk pemaparan kali ini, sekian dulu yaa. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan sahabat literasi dimanapun berada. Oh iya, mohon maaf jikalau ada padanan kata yang kurang tepat karena masih proses belajar hehe.. Saran dan komentar nya ditunggu yaa. Terimakasih dan sampai jumpa di halaman aku selanjutnya.
Jangan lupa senyum hari ini:)