Sabtu, 04 Januari 2020

TARI TOPENG CIREBON BERTAHAN DARI KEPUNAHAN

Hallo sahabat literasi... Selamat datang di halaman aku. Kali ini aku mau ngasih tau nihh. Hal penting menyangkut sejarah tari topeng Cirebon. Point penting nya, ternyata tari topeng Cirebon telah bertahan dari masa kepunahan loh. Hebat bukan? Dan kira-kira apa ya upaya yang menjadi daya tahan tari topeng menghadapi kepunahan nya itu? Penasaran kan?? langsung aja yukk scrool ke bawah yaa.. Selamat membaca sahabat literasi... 

 10. TARI TOPENG CIREBON BERTAHAN DARI KEPUNAHAN




     Tradisi yang ada pada tari topeng sudah tidak sama dengan waktu ketika Pak Sujan menari dulu. Selain banyak orang yang hanya asal bisa menarikan dan tuntutan masyarakat agar tari topeng diubah atau dimodifikasi, ternyata ada banyak tata cara dan tradisi yang harus dihilangkan mengikuti arahan pemerintah. Ada tiga hal yang harus diubah oleh Sujana beserta kelompok tarinya, yaitu ketentuan tidak boleh ngamen dari rumah ke rumah atau lazim dikenal dengan istilah bebarang, tidak boleh pakai kaus kaki ketika menari, dan harus mengganti baju berwarna hitam dengan baju yang lebih meriah. Menyebarkan agama.

     Pada awalnya, tari topeng digunakan untuk menyebarkan agamadengan datang ke rumah seseorang dengan mengharapkan pemilik rumah bisa membawakan doa syahadat. Namun dalam perkembangannya, pembacaan syahadat memang tidak dikembangkan lagi, tapi diganti dengan bebarang ketika musim panen padi tiba. Bila musim panen tiba,Sujana dan kelompok tarinya datang dari rumah ke rumah untuk mengamen. Ketika itu, merekadibayar dengan padi sistem bakdeng, satu bedeng atau sekitar 30 kilogram padi untuk satu babak. Selain itu, pemakaian kaus kaki putih juga dilarang. Pasalnya, pemerintah menganggap kaus kaki putih adalah simbol orang-orang penganut komunis. Padahal, kaus kaki tersebut merupakan simbol kesucian seseorang, lebih dari sekedar aksesoris. Seorang dalang yang akan menari harus suci hati dan pikirannya. Dalam hal ini disimbolkan dengan kaus kaki berwarna putih. Sedangkan aturan baru lainnya adalah perihal baju yang harus dibuat lebih berwarna, tidak polosan dengan warna hitam. Padahal awalnya, warna polos itu menyimbolkan kesederhanaan bagi dalangnya agar nantinya para penonton tari tersebut dapat meniru cara hidup sederhana. "Saya waktu itu sampai sekarang ikut saja. Padahal, saya tahukalau diubah, pastinya ada pesan tertentu yang akan hilang. Tapi mau bagaimana lagi namanya juga orang takut," ujar Sujana Arja. Akan tetapi, gagasan perubahan yang digulirkan tidak sejalan dengan nasib tari topeng Cirebon.


Akhir-akhir ini, sajian tari topeng Sujana beserta kelompok tari Panji Dharma mulai ditinggalkan masyarakat. "Terakhir kali menerima order bayaran Rp 30 juta. Tapi sekarang uangnya sudah habis karena harus dibagi rata dengan personel lainnya yang jumlahnya sekitar 30orang. Kalau sudah begitu, saya terpaksa utang tetangga karena sudah tidak ada yang tersisa dari saya untuk membiayai hidup sehari-hari," katanya. Harus bersaing Menurut Inu Kertapati-dalang tari topeng lainnya-berbeda dengan dulu, setiap hari selalu saja ada orang yang memintanya untuk menarikan taritopeng. Baik khitanan, pernikahan, maupun selamatan rumah, biasanya tari topeng selalu hadir dan diminati masyarakat. 
    " Kami sangat sadar kalau sekarang kami harus bersaing dengankesenian yang kata orang lebih baru seperti modern dance atau organ tunggal.Tapi apakah suatu kesalahan bila kami ingin tetap pertahankan tradisi turun-temurun ini" ujar Inu, anak ketiga dari Sujana Arja. Selain itu, menurut Inu,kepunahan tari topeng bisa saja lebih cepat terjadi. Pasalnya, selama ini tari topeng Cirebon hanya ditampilkan pada waktu tertentu. Akibatnya minat dan pengetahuan masyarakat terhadap tari topeng semakin berkurang. 
     Tari topeng biasanya hanya muncul saat even kejuaraan dan acara yang diselenggarakan pihak Keraton di Cirebon. Di luar itu, tari topeng masih sulitditemukan. Biaya yang mahal dan adanya kesenian lain yang lebih modern membuat masyarakat mulai meninggalkan tari topeng Cirebon. Kesenian di Jawa Barat setidaknya memiliki 35 rumpun seni, yang terdiri dari 391 jeniskesenian. Dari jumlah itu, 100 jenis kesenian berkembang di masyarakat, 39 diantaranya sangat berkembang. Kesenian yang sangat terkenal di Jabar adalah Jaipongan. Kesenian ini berkembang, antara lain di kota Bandung, Cimahi, Tasikmalaya, Majalengka dan Bekasi. 
     Kesenian lain yang menjadi ciri khas Jabar adalah tembang sunda,tayub, wayang golek, reog, calung, angklung/arumba, dan sintren. Di wilayah Cirebon terkenal dengan kesenian topeng Cirebon, tarling, gembyung, danwayang kulit. Sementara untuk daerah Kuningan dan Indramayu jenis kesenian seperti sandiwara, sintren, kuda lumping juga berkembang baik. Sementara di Sukabumi, potensi seni yang ada antara, lain uyeg, cador, kliningan, kecapi suling, calung, debus, dan ketuk tilu. Adapun kesenian yang berkembang di Karawang dan Subang, antara lain bajidoran, dombret, dan kesenian sisingaan. Jumlah seniman di Jabar sebanyak 49.023 orang dan hingga kini masih aktif. 

Nahh gimana nih sahabat literasi sekarang paham kan? 
Semoga pemaparan tadi menambah ilmu pengetahuan kita semua ya. Untuk itu jangan bosan untuk membaca ya. Karena dari membaca kita menjadi tau lohh. 
Sekian dulu pemparan kali ini ya, semoga bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf atas segala kekurangannya. Saran dan komentar nya aku tunggu ya. Terimakasih dan sampai jumpa sahabat literasi. Semoga hari-hari kalian selalu manis:)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar