Assalamualaikum teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang sejarah tarian yang menjadi ciri khas daerah Cirebon yaitu tari topeng cirebon. Untuk lebih jelasnya yuk kita bacaš
Keberadaan kesenian topeng secara historis sudah dikenal
cukup lama dikalangan masyarakat Cirebon. Konon keberadaan kesenian ini
berkembang semasa penyebaran agama islam di Jawa Barat yaitu pada zaman
kejayaan Kesultanan Cirebon dibawah pemerintahan Sunan Gunung Sejak saat itulah kesenian topeng dibina dan
ditingkatkan menjadi kesenian milik Keraton Cirebon serta berfungsi sebagai
media dakwah islam sekaligus sebagai sarana upacara adat dan hiburan bagi
masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Menurut beberapa keterangan, seperti
disebutkan oleh Wigandi Wangsaatmadja bahwa topeng tumbuh dan hidup serta
berkembang dikalangan masyarakat Cirebon dan sekitarnya sebelum agama islam
masuk, selanjutnya atas peran Sunan Kalijaga lah yang akhirnya memanfaatkan
kesenian I I sebagai sarana dakwah untuk menyebar luaskan agama islam.
RMP.Koesoemowardjojo dalam buku “Kaweruh
Topeng” menerangkan bahawa kesenian topeng diciptakan oleh Sunan
Kalijaga , dan lebih lanjut buku ini menjelaskan mengenai seluk beluk topeng
dari awal pembuatannya yang konon hanya berjumlah 9 buah tanpa di cat kemudian
ditambah 20 buah dan selanjutnya ditambah lagi 40 buah.
Di Daerah Cirebon, tari topeng mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas. Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.Banyak kalangan yang berpendapat bahwa Cirebon merupakan
daerah pusat penyebaran topeng yang kemudian mempengaruhi beberapa kesenian
diwilayah sekitar Jawa Barat, seperti di daerah Priangan meliputi Sumedang dan
Bandung, Subang, Karawang hingga Banten. Disisi lain Sudjana Ardja (Alm) pernah mengatakan bahwa kesenian topeng
yang berkembang di masyarakat Cirebon
sudah dikenal pada pertengahan abad ke 16. Ia meyakini bahwa cikal
bakalnya tari topeng Cirebon berasal dari Kerajaan Jenggala (Jawa Timur). Waktu
itu keberadaan kesenian ini memiliki peran sebagai tari kebesaran dan hiburan
dikalangan kerajaan. Karena terjadi perebutan kekuasaan dikalangan kerajaan ,
sehingga mengakibatkan kesenian berpindah dari suatu tempat ke tempat lain,
pada akhirnya peran Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian ini dengan gerakan dan
nafas ajaran islam.
Setelah kesultanan Cirebon di jajah belanda sejak tahun
1681, keberadaan kesenian Cirebon dan kesenian lainnya mengalami masalah yang
cukup memprihatinkan akibat aturan colonial belanda terhadap peran keraton
keraton Cirebon,terutama mengenai pengelolaan keuangan dan status keratin yang
tidak lagi berperan sebagai pengelola pemerintahan karena diambil alih oleh
Belanda.
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijaga. Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Konon menurut Elang Yusuf Debdabrata (Alm) dari keraton
kacirebonan, akhirnya tidak sedikit seniman
keratin yang kemudian terpaksa hengkang keluar tembok keraton.
Sekanjtnya pada abad ke XX bermunculan beberapa gruo topeng yang terdapat
dibeberapa desa di Cirebon dengan beberapa versi atau gaya yang berbeda satu
sama lainnya. Sejak saat itulah keberadaan tari topeng sudah menjadi milik
rakyat khususnya kultur budaya Cirebon mulai dari Losari hingga ke wilayah barat,
meliputi Kabupaten Cirebon, Majalengka, hingga Karawang.
Di Cirebon terdapat banyak tokoh yang memiliki peran dalam
menyebarkan kesenian topeng disamping keberadaan Sunan Gunungjati dan Sunan
Kalijaga, misalnya peran Sunan Panggung yang kebudian mewariskan nya kepada
pengikut setianya Pangeran Bagusan, Ki Buyut Trusmi dan Pangeran Losari. Peran
tokoh-tokoh inilah kemudian melahirkan seniman-seniman bebas di Cirebon.
Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.
Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian. Keputusan tersebut akhirnya melahirkan kelompok tari dengan nama Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Manariknya dengan berjalannya waktu dan seiring populernya kesenian tersebut, Pangeran Welang jatuh hati pada penari nya bahakn belian rela menyerahkan Pedang Curug Sewu sebagai pertanda jika ia sungguh mencintai si penari tersebut.
Dengan adanya Penyerahan senjata itu berarti hilang pula kesaktian sang Pangeran Cakrabuana. Sehingga dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan mengganti namanya menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian tari yang dimaksud lebih dikenal dengan nama Tari Topeng Cirebon. Dalam perkembangannya, tari topeng ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang spesifik. Sehingga dari sini dikenallah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji. Semua tarian tersebut adalah tarian yang menggunakan properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar