Selasa, 07 Januari 2020

SEJARAH TARI TOPENG CIREBON


Assalamualaikum teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang sejarah tarian yang menjadi ciri khas daerah Cirebon  yaitu tari topeng cirebon. Untuk lebih jelasnya yuk kita bacašŸ˜Š

Keberadaan kesenian topeng secara historis sudah dikenal cukup lama dikalangan masyarakat Cirebon. Konon keberadaan kesenian ini berkembang semasa penyebaran agama islam di Jawa Barat yaitu pada zaman kejayaan Kesultanan Cirebon dibawah pemerintahan Sunan Gunung  Sejak saat itulah kesenian topeng dibina dan ditingkatkan menjadi kesenian milik Keraton Cirebon serta berfungsi sebagai media dakwah islam sekaligus sebagai sarana upacara adat dan hiburan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Menurut beberapa keterangan, seperti disebutkan oleh Wigandi Wangsaatmadja bahwa topeng tumbuh dan hidup serta berkembang dikalangan masyarakat Cirebon dan sekitarnya sebelum agama islam masuk, selanjutnya atas peran Sunan Kalijaga lah yang akhirnya memanfaatkan kesenian I I sebagai sarana dakwah untuk menyebar luaskan agama islam. RMP.Koesoemowardjojo dalam buku “Kaweruh  Topeng” menerangkan bahawa kesenian topeng diciptakan oleh Sunan Kalijaga , dan lebih lanjut buku ini menjelaskan mengenai seluk beluk topeng dari awal pembuatannya yang konon hanya berjumlah 9 buah tanpa di cat kemudian ditambah 20 buah dan selanjutnya ditambah lagi 40 buah.

Di Daerah Cirebon, tari topeng  mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas. Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.Banyak kalangan yang berpendapat bahwa Cirebon merupakan daerah pusat penyebaran topeng yang kemudian mempengaruhi beberapa kesenian diwilayah sekitar Jawa Barat, seperti di daerah Priangan meliputi Sumedang dan Bandung, Subang, Karawang hingga Banten. Disisi lain Sudjana Ardja  (Alm) pernah mengatakan bahwa kesenian topeng yang berkembang di masyarakat Cirebon  sudah dikenal pada pertengahan abad ke 16. Ia meyakini bahwa cikal bakalnya tari topeng Cirebon berasal dari Kerajaan Jenggala (Jawa Timur). Waktu itu keberadaan kesenian ini memiliki peran sebagai tari kebesaran dan hiburan dikalangan kerajaan. Karena terjadi perebutan kekuasaan dikalangan kerajaan , sehingga mengakibatkan kesenian berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, pada akhirnya peran Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian ini dengan gerakan dan nafas ajaran islam.
Setelah kesultanan Cirebon di jajah belanda sejak tahun 1681, keberadaan kesenian Cirebon dan kesenian lainnya mengalami masalah yang cukup memprihatinkan akibat aturan colonial belanda terhadap peran keraton keraton Cirebon,terutama mengenai pengelolaan keuangan dan status keratin yang tidak lagi berperan sebagai pengelola pemerintahan karena diambil alih oleh Belanda.

Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijaga. Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Konon menurut Elang Yusuf Debdabrata (Alm) dari keraton kacirebonan, akhirnya tidak sedikit seniman  keratin yang kemudian terpaksa hengkang keluar tembok keraton. Sekanjtnya pada abad ke XX bermunculan beberapa gruo topeng yang terdapat dibeberapa desa di Cirebon dengan beberapa versi atau gaya yang berbeda satu sama lainnya. Sejak saat itulah keberadaan tari topeng sudah menjadi milik rakyat khususnya kultur budaya Cirebon mulai dari Losari hingga ke wilayah barat, meliputi Kabupaten Cirebon, Majalengka, hingga Karawang.
Di Cirebon terdapat banyak tokoh yang memiliki peran dalam menyebarkan kesenian topeng disamping keberadaan Sunan Gunungjati dan Sunan Kalijaga, misalnya peran Sunan Panggung yang kebudian mewariskan nya kepada pengikut setianya Pangeran Bagusan, Ki Buyut Trusmi dan Pangeran Losari. Peran tokoh-tokoh inilah kemudian melahirkan seniman-seniman bebas di Cirebon.

Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.
Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian. Keputusan tersebut akhirnya melahirkan kelompok tari dengan nama Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Manariknya dengan berjalannya waktu dan seiring populernya kesenian tersebut, Pangeran Welang jatuh hati pada penari nya bahakn belian rela menyerahkan Pedang Curug Sewu sebagai pertanda jika ia sungguh mencintai si penari tersebut.

Dengan adanya Penyerahan senjata itu berarti  hilang pula kesaktian sang Pangeran Cakrabuana. Sehingga dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan mengganti namanya menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian tari yang dimaksud lebih dikenal dengan nama Tari Topeng Cirebon. Dalam perkembangannya, tari topeng ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang spesifik.  Sehingga dari sini dikenallah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji. Semua tarian tersebut adalah tarian yang menggunakan properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar