2. TRADISI TARI TOPENG GEGESIK CIREBON
Gegesik merupakan salah satu daerah di Cirebon yang memiliki tradisi topeng. Menurut sumber, Gegesik diambil dari nama leluhur yaitu Pangeran Gesang. Topeng Gegesik memiliki mempunyai gaya tersendiri yang berbeda dengan Topeng Cirebon lainnya.
Karakteristik Topeng Gegesik:
- Topeng Panji
Berwarna putih dengan raut muka yang memancarkan keagungan dan ketenangan. Bentuk mulutnya renyah dengan senyum yang terkulum, matanya sipit dan hidungnya mancung. Sorot matanya terkesan selalu merunduk tajam, serta memiliki bentuk muka yang memancarkan kewibawaan. Topeng ini jika dipakai untuk menari, tatapannya akan menyudut 45 derajat. Topeng Panji berkarakter halus, kerap disamakan dengan tokoh Arjuna dalam cerita Mahabharata atau tokoh Rama dalam Ramayana.
Macam-macam Wanda pada Topeng Panji:
* Sabuk Inten
* Si Mangfu
* Si Rentang
* Si Madu
* Si Pekik
* Si Geger
* Geger Gandul
Gerakan dalam Topeng Panji seringkali dihubungkan dengan cerita Panji dan dianggap sebagai perwujudan dari tokoh Panji Inukertapati, terkadang disebut pula Panji Asmarabangun atau Panji Gagak Pernala. Gerakan-gerakan dalam Topeng Panji memiliki beberapa interpretasi, antara lain:
* Gerakan tangan temple bahu diartikan sebagai tiruan pada jalannya Dewi Anggraeni.
* Cantel diartikan bahwa Raden Panji akan berhasil menikah dengan Dewi Anggraeni.
* Gerakan tangan di samping telinga diartikan sebagai saat-saat Raden Panji sedang memanggil-manggil Dewi Anggraeni.
Terdapat pula versi yang menyatakan bahwa Topeng Panji tidak berkaitan dengan cerita Panji. Disebutkan bahwa Panji diartikan sebagai yang pertama, berasal dari kata ‘siji’ yang artinya satu. Siji memiliki arti bahwa dalam tradiri Topeng Cirebon ini, Topeng Panji menjadi pengawal tarian atau urutan pertama dari tari topeng. Simbolisasi gerakan Topeng Panji dimaknai sebagai gerakan bayi karena cenderung kecil dan lebih banyak diam. Kepercayaan masyarakat pada latar belakang cerita merupakan bagian dari variasi kearifan lokal masing-masing daerah yang berbeda satu dengan lainnya.
- Topeng Pamindo atau Samba
Topeng Pamindo umumnya berwarna putih dan memiliki raut wajah ceria, tatapan mata yang lurus ke depan dan sorot mata yang lincah. Terdapat hiasan rambut dan hiasan yang melengkung pada sisi pipi kiri dan kanan, disebut pilis. Di atas hidung terdapat hiasan Kembang Tiba yang menjadi pusat lengkungan hiasan pilis. Karakter Topeng Pamindo adalah banyak gaya, diartikan sebagai tokoh yang lincah atau ganjen. Topeng Pamindo yang berwarna merah muda dikaitkan dengan watak manusia yang rendah hati dan setia kawan.
Wanda pada Topeng Pamindo atau Samba, yaitu:
* Cibrak
* Wisunah
* Si Jimat
* Gondrong
Pamindo sendiri berasal dari kata “mindo” yang berarti kedua. Topeng Pamindo umumnya ditarikan pada kesempatan kedua dalam pertunjukan Topeng Cirebon. Gerakan-gerakan Topeng Pamindo digambarkan sebagai seorang remaja yang ingin tahu. Bentuk gerakannya cenderung lincah, berirama cepat dan patah-patah.
- Topeng Rumyang
Topeng Rumyang berwarna merah muda tanpa hiasan rambut, karakter yang dimiliki pun menyerupai Topeng Pamindo yang lincah.
Wanda dalam Topeng Rumyang, yaitu:
* Semang
* Golek
* Cibrak
Rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang, artinya mulai terang. Bahasa Sunda menyebut ramyang-ramyang sebagai carancang tihang, suatu keadaan menjelang pagi yang masih samar atau remang-remang. Topeng Rumyang merepresentasikan kondisi ketika seseorang sudah mulai terang dalam melihat kehidupan di sekelilingnya. Topeng Rumyang umumnya ditarikan pada tarian ketiga, namun di beberapa daerah ditarikan sebagai tarian terakhir.
- Topeng Tumenggung-Patih
Berwarna kembang terong muda atau dadu kelang, ada pula yang berwarna merah muda. Paranya gagah berani dengan kumis dan mata terbelalak. Topeng Tumenggung memiliki kumis yang terbuat dari kulit, sementara Topeng Patih kumisnya terbuat dari rambut. Terdapat pula hiasan tlenggong, tlingus dan pepasu.
Tari Tumenggung merupakan satu-satunya tarian yang mengandung unsur-unsur literer. Hal ini terlihat dari dialog antara Tumenggung Magangdiraja dengan Jingga Anom.
Tarian ini mengisahkan Tumenggung Magangdiraja yang hendak menaklukkan Jingga Anom yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan Raja Bawarna. Jingga Anom menolak untuk tunduk sehingga timbul peperangan. Membedakan Topeng Tumenggung dan Patih dapat diamati dari perbedaan bentuk kumisnya, juga terdapat perbedaan pada wanda:
Patih
* Tatag
* Perkicil
* Pelor
* Mimis
Tumenggung
* Slasi
* Drodos
* Sanggan
- Topeng Jingga Anom
Berwarna jingga atau kuning kemerahan dengan karakter tari Buta (Danawa) yang berwatak kasar serta nakal.
Wanda pada Topeng Jingga Anom:
* Garjita
* Si Kekes
* Si Moreg
* Barong
- Topeng Klana atau Rowana
Topeng Klana memiliki warna merah tua dengan raut muka yang galak, mata membelalak, mulut menyeringai, kumis melingkar, berjambang dan berjenggot. Karakter Topeng Klana disebut gagah perkasa atau gagah kasar. Topeng Klana kerapkali disamakan pula dengan tokoh pewayangan Burisrawa atau Rahwana.
Wanda pada Topeng Klana antara lain:
* Barong
* Wringut
* Drodos
* Golek
Topeng Klana menggambarkan seseorang yang sedang dilanda angkara murka, serakah dan zalim. Tarian Topeng Klana sering dikaitkan dengan cerita Panji. Unsur cerita dalam Topeng Klana mengisahkan seorang raja yang gagah perkasa bernama Klana Budanegara yang tergila-gila pada putri dari Bawarna yang bernama Dewi Tunjung Ayu, anak dari Prabu Lembu Amiluhur. Ragam gerak yang muncul dalam tarian ini terlihat dari gerakan depole atau pasir muih (pasir memutar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar