Jumat, 13 Desember 2019

SEJARAH SANGGAR PURBASARI PADEPOKAN ABDUL ADJIB





Dalam sejarahnya, jauh sebelum keberadaan tari topeng cirebon tarian sejenis telah tumbuh dan berkembang di Jawa Timur sejak abad 10-16 Masehi. Pada masa jenggala berkuasa dibawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, tarian tersebut masuk ke cirebon melalaui seniman jalanan. Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian diwilayah kesultanan cirebon. Tari topeng adalah tari asli dari daerah cirebon selain dicirebon termasuk subang, brebes, majalengka, losari, indramayu. Tari ini terkadang dimainkan oleh satu orang, namun terkadang juga dibawakan oleh beberapa orang.Selanjutnya, mengingat cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.Adalah Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung jati ) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan sunan Kalijogo.Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk, misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam pembuatannya.
Bahkan bagi seorang pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi, kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon.
Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup kepala.
Istilah topeng sendiri dalam lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop” yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan di kepala sang penari.
 Sanggar purbasari ini awalnya dibangun oleh Alm. bapak ibu  sekaligus dayang wayang dan dalang topeng. Beliau wafat 1986, bapak tersebut bernama purba. Sanggar ini terus turun temurun dari keluarga dan di teruskan oleh putrinya yang bernama ibu baedah A.Mpd dari dalang wayang ternama sekaligus dalang Topeng cirebon, diwilayah gegesik kabupaten cirebon yang bernama "Dalang Purba" atau lebih dikenal dengan sebutan dalang "Jublag almarhum". Sanggar Purbasari dipimpin dari tahun 2005. Salah satu kekhasan tari topeng ini adalah pada gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, sementara iringan musiknya didominasi oleh kendang dan rebab. Keunikan lainnya adalah adanay proses pewarisan keahlian dari generasi tua kepada yang lebih muda



Alamat sanggar ini bertempat di Jl.Sukasari gang 4 No.30 Rt/Rw 2/3, sukapura, kejaksan, kec. Kejaksan kota cirebon. 

CP : +628122143273


Sanggar Purbasari ini mengelola tari Topeng Cirebon versi gegesik yang merupakan budaya cirebon warisan leluhur yang perlu kita lestarikan. Ibu baedah juga merupakan menantu dari sang moestro tarling Cirebon yaitu Almarhum Drs.H.Abdul Adjib atau istri dari putra sang moestro tarling cirebon yaitu Insan S Adjib.i Sanggar purbasari ini juga tak hanya topeng yang ada didalamnya namun juga terdapat kreasi tradisional.



Sanggar Purbasari ini memakai gaya gegesik, saya disini akan membahas tentang tari topeng Gaya Gegesik :

1. Sejarah tari Topeng Gegesik
mengenai erkembangan kesenian Tari Topeng Gegesik Tahun Fakta-fakta ini diperoleh melalui sumber tertulis berupa buku-buku, dokumen dan arsip-arsip yang relavan dengan kajian yang peneliti lakukan. Untuk melengkapi informasi penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara melalui sumber lisan (oral history) terhadap para pelaku atau narasumber yang benar-benar mengetahui, mengalami dan mengerti mengenai kesenian Tari Topeng Gegesik. Pembahasan bab ini dikembangkan menjadi empat sub bab bahasan, yaitu pertama, gambaran umum kehidupan masyarakat Kabupaten Cirebon pada tahun 1980 hingga 2000 yang berisi mengenai gambaran umum kecamatan Gegesik dan Kabupaten Cirebon. Kedua, mengenai Perkembangan kesenian Tari Topeng Gegesik di Kabupaten Cirebon tahun Ketiga, peran seniman dalam mengembangkan kesenian Tari Topeng Gegesik di Kabupaten Cirebon. Keempat, peranan sanggar kesenian Tari Topeng Gegesik dalam proses pewarisan terhadap generasi berikutnya. Kelima, tanggapan masyarakat Gegesik terhadap kesenian Tari Topeng Gegesik.
Gambaran Umum Kecamatan Gegesik Tahun Kehidupan sosial budaya suatu penduduk dalam suatu daerah merupakan hal yang sangat penting karena setiap daerah akan memiliki kehidupan sosial budaya yang berbeda dengan daerah lainnya yang menjadikannya sebagai suatu karakteristik atau ciri khas yang dimiliki. Karakteristik sosial budaya penduduk yang ada umumnya ditunjukkan oleh adat istiadat, budaya, hasil kerajinan rakyat, arsitektur bangunan, bahasa, dan lain-lain. Masyarakat Kecamatan Gegesik memiliki sifat-sifat religius, kekeluargaan dan kegotongroyongan yang cukup membanggakan. Rasa kepedulian sosial atau yang lebih dikenal dengan sebutan kesetiakawanan sosial, adalah sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi oleh kesadaran tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masingmasing dalam hidup bermasyarakat Mengenai kondisi sosial budaya masyarakat Kecamatan Gegesik dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek agama, pendidikan, sosial serta nilai-nilai tradisi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, jumlah penduduk merupakan hal yang perlu dijelaskan. Begitu pula dengan masyarakat Kecamatan Gegesik. Gambaran mengenai kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi kehidupan pada suatu masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Gegesik pada tahun tidak dapat penulis paparkan secara lengkap dikarenakan keterbatasan sumber di lapangan.

Tari Topeng Cirebon gaya Gegesik memiliki daerah penyebaran di sekitar kecamatan Gegesik, kabupaten Cirebon. Pada tari Topeng Cirebon gaya Gegesik yang paling terlihat berbeda adalah raut karakteristik topengnya. Topeng Panji pada gaya Gegesik digambarkan dengan karakteristik wajah berwarna putih dengan raut tenang, mata sipit dengan tatapan yang selalu merunduk tajam, hidung mancung dan senyum yang terkulum
Di Gegesik yang merupakan salah satu pusat perkembangan kesenian cirebon, termasuk kesenian tari Topeng Cirebon, penari atau dalang tari Topeng Cirebon kini tidak sebanyak dulu ketika masa jayanya, menurut budayawan Cirebon bapak Nurdin Noer yang juga merupakan ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon.



Pada perkembangan sebuah kesenian termasuk tari Topeng Cirebon gaya Gegesik, perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan yang terjadi pada tari Topeng Cirebon gaya Gegesik kebanyakan dipengaruhi oleh struktur masyarakat urban serta berperannya sekolah kesenian, modernisasi, peristiwa, politik dan perubahan pandangan pewaris topeng, terutama sekitar tahun 1980 hingga tahun 2000. Perubahan tari Topeng Cirebon gaya Gegesik terutama terjadi pada cara dan bentuk penyajiannya, sehingga pada masa itu pertunjukan topeng dicampur dengan dangdut atau yang oleh masyarakat disebut sebagai topeng-dangdut.

Fungsi Topeng Gegesik, bahwa kesenian itu pada awalnya tidak semata-mata atas dasar keindahan saja. Akan tetapi, mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Begitu juga dengan Topeng Gegesik, pada kenyatannya fungsi topeng tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Secara rinci fungsi topeng dikelompokkan ke dalam tiga fungsi simbolik, fungsi praktis dan fungsi estetis. 1. Fungsi simbolik Dalam proses penciptaannya topeng ditujukan untuk memberikan arti atau makna sebagai bentuk perlambangan yang dapat berfungsi dalam kegiatankegiatan keagamaan maupun kegiatan-kegiatan sosial dalam kehidupan seharihari. Seperti yang dijelaskan oleh H. Mansyur yaitu tentang fungsi simbolik kedok dan Tarian sebagai berikut ini. a. Tari Panji Secara umum kata panji dapat diartikan terdepan atau yang menjadi pimpinan. Biasanya panji adalah mereka yang tergolong para sentana dan mendapat wewenang dari pimpinan prajurit. Para pakar topeng memberikan arti kata Panji sebagai berikut, Pan = mapan, ji = Siji, artinya mumpuni dalam menghayati Yang Satu (Allah swt) dan bertaqwa kepadanya, berhati suci seperti seorang bayi yang baru dilahirkan, mampu berpikir dan melakukan pilihan yang terbaik. b. Tari Samba Tari Samba menggambarkan birahi, karena telah memiliki sesuatu yang diinginkannya. Kepada orang lain selalu ingin mempertunjukan apa yang telah dimilikinya, bahwa hal itu menjadi sebagian kepentingan orang lain. Samba dari kata Sam = Sambungan, Ba = Kang baguse, artinya selalu berusaha untuk berbuat kebaikan.


Terimakasih 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar